Minggu, 25 Maret 2012

"KUSTA PADA GEREJA-GEREJA DI PAPUA"


KUSTA PADA GEREJA-GEREJA DI PAPUA
oleh Ps. ir. Hendrik F. Wieland m.arch. m.a.a., Ph.D
Papua Prophetic Call (Panggilan Kenabian Papua), Jayapura 28 Mei 2011

Kusta
adalah penyakit yang ditakuti di zaman Alkitab.
Itu adalah penyakit kulit yang menular dan juga membuat  seseorang kehilangan kepekaan.
Setelah beberapa lama jari-jari tangan dan jari-jari kaki akan mulai terlepas dan pada tahap yang mematikan si penderita akan kehilangan suaranya.
Penyakit ini menyebabkan seseorang ditandai (sebagai pengidap penyakit kusta) dan si penderita akan ditolak dari masyarakat dan dibuang ke luar tembok kota.
Pengidap penyakit ini menderita secara rohani karena dia tidak bisa pergi ke bait suci (Gereja) untuk mempersembahkan korban, mereka menderita secara emosional dan mental karena mereka terasing dari teman-teman dan keluarga, mereka menderita secara ekonomi karena mereka tidak bisa bekerja untuk kehidupan mereka.

Seorang pemimpin dapat menjadi kusta (dalam arti rohani), ia dapat kehilangan kepekaan rohani, dan ia dapat memiliki hati yang keras yang tidak digerakkan oleh apa pun.
Alkitab mengatakan bahwa ketika Yesus melihat orang banyak, Ia tergerak oleh belas kasihan dan menyembuhkan orang-orang yang sakit tersebut.
Seorang Pemimpin perlu memiliki semangat dan belas kasihan agar ia dapat melayani orang banyak secara baik dan berhasil. Seorang Pemimpin harus mengasihi orang-orang yang dipimpinnya.
Kita perlu menerima pewahyuan akan kasih dan kemurahan Allah, serta meneruskannya kepada orang banyak.
Belas kasihan adalah suatu kekuatan, dan setiap kali Yesus merasakannya, mujizat terjadi. Kita perlu dibebaskan dari hati yang keras, yang tidak peka terhadap kebutuhan orang lain.

Suatu kali Tuhan menyuruh Musa memasukkan tangannya ke dalam jubahnya dan ketika ia mengeluarkan tangannya, tangan itu penuh dengan kusta.
Jadi Tuhan ingin memberitahu Musa (dan kita), bahwa mungkin kita tidak memiliki kusta secara jasmani tetapi jika hati kita menderita kusta (rohani) dan juga akan terlihat dari tangan (perbuatan) kita ketika kita melayani.
Suatu kali Musa diliputi kemarahan yang membuat dia melanggar 10 Perintah Allah; rasa marah itu membuat dia mencap Israel sebagai pemberontak akibatnya mereka pun menjadi pemberontak.
Lebih mudah untuk bicara yang jelek tentang orang dari pada mengasihi mereka.
Sebagai pemimpin kita sangat perlu menyadari bahwa sesuai dengan apa yang kita terus menerus katakan terhadap para pengikut kita, anak-anak kita dan orang-orang di bawah kita, seperti begitulah mereka akan jadi.
Kita menjuluki mereka dengan kata-kata tertentu, dan kata-kata kita memiliki kekuatan yang akan membentuk mereka untuk menjadi seperti yang kita katakan.
Seorang pemimpin harus peka dengan apa yang dia katakan terhadap orang-orang di bawahnya.
Saudara memimpin orang-orang yang mempunyai pikiran dan perasaan, dan tugas Saudara ialah menyembuhkan, dan bukan justru melukai mereka.
Jika Saudara tidak punya kata-kata baik untuk seseorang, tenangkan dan kendalikan diri Saudara.

Kusta
itu menular; artinya Saudara bisa menularkannya kepada orang lain, itulah sebabnya orang yang sakit kusta dipisahkan dari masyarakat.
Hal-hal yang baik dan yang-jahat dapat diteruskan dari orang yang satu kepada yang lain, oleh sebab itu perhatikan Komunitas Saudara, pelayanan Saudara, dan perhatikan dengan siapa Saudara bergaul.

Jika Saudara ber
gaul dengan pembohong Saudara belajar berbohong, jika Saudara bergaul dengan orang yang pemarah Saudara belajar untuk marah,
Jika Saudara bergaul dengan orang yang beriman, Saudara belajar untuk percaya, jika Saudara bergaul dengan orang berhikmat, Saudara belajar untuk menjadi bijaksana.
Tangan seorang kusta akan terkena pengaruh dan ia tidak bisa berada dalam posisi untuk melayani atau bekerja.
Memimpin ialah menunjukkan sikap kehambaan dan bekerjasama dengan Tuhan bagi orang lain.
Apakah Saudara sedang dalam posisi melayani ataukah Saudara begitu sombong sampai-sampai Saudara tidak dapat membungkuk untuk melayani orang lain?
Kaki seorang kusta juga terpengaruh, artinya cara berjalannya terpengaruh, dia tidak bisa berjalan dengan tegak.
Seorang pemimpin harus berjalan dengan Tuhan. Seorang pemimpin harus memiliki kaki yang kuat dan lincah agar dia mampu mengikuti kecepatan Tuhan.
Seorang pemimpin harus melalui lembah dan mendaki gunung seperti yang ada di Papua, dan untuk itu diperlukan kaki yang kuat dan mampu.
Tahap terakhir dari penyakit kusta ialah ketika si kusta kehilangan suaranya. Itulah sebabnya mengapa sepuluh orang kusta itu harus berteriak keras agar bisa menarik perhatian Tuhan Yesus.
Kesepuluh orang kusta itu berada di tahap mematikan dan mereka sangat memerlukan mujizat.
Jika seseorang kehilangan suaranya, berarti dia tidak bisa berdoa, memuji, beribadah atau memberi perintah.
Agar seorang pemimpin dapat bekerja dengan baik dan berhasil, ia harus memiliki suara yang sehat; pemimpin harus berada dalam posisi untuk berdoa, memuji, menyembah dan memberi perintah.
Saudara tidak dapat memimpin jika Saudara dilumpuhkan oleh rasa-takut yang membuat Saudara tidak dapat memberi perintah.
Sebagai seorang pemimpin, dapatkan kembali suara Saudara, biarlah kata-kata Saudara dipenuhi dengan otoritas Tuhan sehingga Saudara dapat memindahkan gunung.
Sebagai para pemimpin, mari kita berseru kepada Yesus untuk menyingkirkan kusta kita sehingga kita dapat memimpin.

Oleh kemurahan Allah, 10 orang kusta itu disembuhkan. Biarlah kusta dalam kehidupan kita pun lenyap oleh Anugerah dan belas kasihan Allah.
Tuhan Yesus menyembuhkan dan memulihkan orang-orang kusta dan Tuhan pun sedang memulihkan Saudara sehingga Saudara dapat memimpin dan diberkati.
Mungkin Saudara sedang menderita kusta penolakan tetapi Tuhan sedang menyembuhkan hati dan pikiran Saudara. Saudara sedang dipulihkan.
Mungkin ada begitu banyak hal yang salah dengan kehidupan Saudara, tetapi oleh Anugerah-Nya, Allah membenahi segala sesuatu dan pemulihan keadaan Saudara.
Allah pernah memakai 4 orang kusta yang lapar untuk mengakhiri kelaparan di Yerusalem dan mereka mulai menikmati kelimpahan.
Mungkin Saudara tampak lemah, lapar dan tertolak tetapi Tuhan ingin memakai Saudara (GEREJA-GEREJA Papua dan para pemimpinnya) untuk membawa perubahan.
Kusta Saudara sudah berakhir dan pemulihan Saudara sudah datang.

Orang yang sakit kusta diusir dari kota dan tidak ada yang boleh bergaul dengan dia; tapi pada waktu Yesus bertemu dengan seorang penderita kusta, Dia menyentuh dan menyembuhkan orang itu. [Matius 8:03 "Dan Yesus mengulurkan tangan-Nya, dan menyentuh dia, kata-Nya: Aku mau, jadilah kamu tahir. Dan seketika itu juga kustanya hilang."]
Yesus
tidak merasa malu untuk menyentuh dan bergaul dengan orang-orang yang terbuang.
Seorang pemimpin juga harus bersedia membantu yang lemah, yang disakiti, yang ditolak dan orang yang dibuang dari masyarakat.
Jika Yesus telah menjamah orang-orang yang tak-terjamah, Dia juga bersedia menjamah Saudara dan GEREJA-GEREJA Papua serta mengubah keadaan saudara bagi kemuliaan Allah.
Apapun jenis kusta yang sedang Saudara alami, Tuhan Yesus sedang menjamah, menyembuhkan dan memulihkan Papua dan penduduk aslinya yang berharga.
a m i n  !
By.admin PPC Tiem Leader_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar