Selasa, 13 Maret 2012

KOMSEL, FA, PD Admin.by.darn@


KOMSEL, FA, PD
Admin.by.darn@

APA ITU KOMUNITAS SEL ?

1. Komunitas Sel Adalah jemaat Allah yang hidup

    I Timotius 3 : 15 “… yakni jemaat dari Allah yang hidup,…”
Apa itu jemaat Allah yang hidup? Orang-orang yang memiliki kehidupan Yesus didalamnya dan disebut (I Petrus 2:9) :
•  Bangsa yang terpilih

•  Imamat yang rajani
•  Bangsa yang kudus

•  Umat kepunyaan Allah

•  Pemberita perbuatan Allah yang ajaib
•  Yang keluar dari kegelapan, diam dalam terang-Nya.

2. Komunitas Sel adalah Keluarga Allah.
    I Timotius 3:15 “… hidup sebagai keluarga Allah …”
Apa itu Keluarga Allah?
•  Orang-orang yang telah dilahirkan kembali menjadi satu keluarga dalam Tuhan.


Petrus 1:22-23 “ Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”
           

•  Mempunyai hubungan jumlah yang terbatas. Dalam Alkitab Perjanjian Lama jumlah keluarga yang menjadi simbol kehidupan bangsa Israel adalah keluarga Yakob dengan 12 anaknya (Kejadian 35:22b). Kita lihat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru apakah itu menjadi sesuatu yang mutlak atau tidak.
•  Musa membangun mezbah dengan 12 tugu yang merupakan wakil dari 12 suku Israel (Keluaran    24:4)
•  Yosua memilih 12 orang wakil dari 12 suku Israel untuk menyebrangi Sungai Yordan (Yosua 3:12 )
•  Yosua meminta bangsa Israel mengambil batu dari sungai Yordan (Yosua 4:8)
•  Elia mengambil 12 batu menurut jumlah suku keturunan Israel dan membuat mezbah demi nama    Tuhan (I Raja-raja 18:31 -32)
•  Tuhan Yesus menetapkan 12 murid sebagai tim kerasulan awal (Markus 3:14 )
•  Para Murid setelah Yudas Iskariot bunuh diri memilih Matias untuk menggenapi bilangan 12 rasul    (Kisah Para Rasul 1:26 )
             
3. Komunitas Sel adalah Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran
    I Timotius 3:15 “… tiang penopang dan dasar kebenaran.”
Apa itu tiang penopang dan dasar kebenaran?
•  Orang-orang yang memiliki komitmen yang teguh dalam jaringan yang tak terputuskan. Itulah terletak     kehidupan orang percaya (sel dan tubuh).
•  Kisah Para Rasul 1:21 Alkitab berkata : orang-orang senantiasa berkumpul, dalam bahasa aslinya     KOINONIA yang memiliki arti : hubungan kasih, komitmen, komunikasi dan tanggung jawab.

MEMULAI KOMUNITAS SEL

1. TANAMKAN VISI SEL
Jika kita ingin memulai suatu pekerjaan atau komunitas sel :

•  Tanamkanlah terlebih dahulu pekerjaan tersebut dalam pikiran
•  Maka hati kita akan tumbuh suatu kerinduan sehingga terbentuklah suatu mimpi

•  Itulah yang disebut tumbuh suatu visi (Amsal 29 :18).
Visi yang tumbuh tersebut baru dalam bentuk benih pekerjaan karena itu perlu dilaksanakan dgn tekun supaya menjadi realitas visi (Yohanes 12:24

Siapa yang harus menanamkan visi ?
•  Setiap orang yang ingin memulai komsel
•  Seorang pemimpin yang dapat mengambil keputusan (Gembala)

2. MEMPERLENGKAPI DIRI UNTUK MELANGKAH
Daud dipilih ALLAH dan memulai karirnya (I Samuel 16:18 ), sesuai ayat yang kita baca ada 4 (empat) hal yang sangat mendasar.
A. PENGETAHUAN

Daud seorang yang pandai main kecapi, pengetahuan itu menjadi faktor yang terpenting dalam keberhasilan Daud
•  Artinya seseorang mau melangkah harus memperlengkapi dirinya dengan pengetahuan apa yang mau
dikerjakan
•  Mau belajar dan mau di ajar tidak jemu-jemunya.
•  Jika gagal dalam melakukan sesuatu dapat diulangi lagi, kegagalan bukanlah akhir dari segala-galanya
seperti dunia sudah kiamat.

B. KEBERANIAN

Untuk memulai komunitas sel hal yang terutama dituntut :
•  Keberanian, berani mengambil resiko dikritik, diremehkan, bahkan hal-hal yang terburuk akan muncul
sejalan dengan keputusan itu,
•  Jangan menyerah oleh karena keadaan, berani bayar harga dalam hal waktu, biaya, tenaga
•  Jangan sekali-kali mengeluh karena hal itu akan menjadi kesia-siaan.

C. KETAATAN
Daud adalah seorang prajurit yang pandai bicara dan elok perawakannya. Prajurit biasanya berbicara tentang ketaatan atau kata lain disiplin pada ketetapan atau kata lain pegang pada sumpah janji (komitmen). Memulai komunitas sel harus ada :

•  Ketaatan,
•  Disiplin yang tinggi
•  Komitmen,
•  Bukan hanya sekedar tugas biasa-biasa, itu adalah Amanat Agung TUHAN kita.
D. PENGURAPAN ROH KUDUS
Tatkala Daud diurapi maka TUHAN menyertai-NYA sehingga ia mengalir dalam karunia-karunia ROH KUDUS. Sewaktu ia memainkan kecapi, kuasa ALLAH dinyatakan. Oleh pelayanannya Saul merasa lega karena roh jahat keluar dari dirinya. (I Samuel 16:23). Untuk itu memulai komunitas sel pengurapan merupakan hal yang terutama, agar dapat mengalir dalam karunia-karunia ROH KUDUS. Jika tidak demikian segala persiapan dan kemampuan menjadi sia-sia.

3. KOMUNITAS SEL DILAHIRKAN
Proses kelahiran itu terjadi secara alamiah, sebagaimana TUHAN menggambarkan proses kelahiran dari satu keluarga (Yohanes 16:21 -22) Mengandung visi sel akan melahirkan satu komunitas sel.

A. Melakukan persipan kita menggunakan notasi nada (simponi seimbang)

DO = Doa, membangun kubu doa : doa peperangan doa bergerak, doa puasa
RE = Relasi, membangun relasi ke dalam Jemaat-Jemaat, keluar kepada orang yang membutuhkan TUHAN
MI = Misi, melakukan misi/penginjilan
FA = Firman ALLAH, pemuridan jiwa-jiwa yang dimenangkan
SOL = Sosial, membangun jembatan Injil melalui aksi sosial, mensosialisasikan pentingnya hidup dalam komunitas sel
LA = Latihan, melatih diri, mengembangkan potensi Ilahi melalui diskusi, training, dll. Memulai sebuah komunitas sel dengan agenda sel
SI = Kesaksian, menyaksikan pengalaman yang dialami bersama dengan TUHAN (berkat-berkat) dalam komsel

B. Jiwa dijangkau dapat dibentuk komunitas minat untuk mendapatkan pengenalan tentang kerajaan ALLAH, selanjutnya lagi dapat ditingkatkan menjadi komunitas magang pada sel induknya. Seterusnya dua atau tiga jiwa dapat di mulai satu sel. Hal – hal yang harus diperhatikan :

•  Menanamkan kunci-kunci sukses Fasilitator sebagai tindakan reproduksi diri kepada orang lain
•  Mengimpartasikan visi kepada kelompok selnya atau kelompok minat / magang
•  Mengkomunikasikan dan mempraktekkan P-4 dalam komunitas sel.
•  Mempraktekkan agenda komunitas sel
•  Mengkomunikasikan lima prinsip dasar komunitas sel untuk menuju pembiakan sel baru

C. Selanjutnya sel berjalan dengan konsep komunitas kiri – kanan seimbang Struktur komunitas sel seperti jala keterkaitan satu sama lain untaian jala. Kiri dan kanan seimbang.

Sel Inti (Penanggung Jawab)
Sel Pengembang
Sel Pemelihara 


PRINSIP DASAR KOMUNITAS SEL

PRINSIP DASAR PERTAMA
Komunitas Sel Bergerak Dalam Gerakan ROH KUDUS

Yohanes 15 : 4

Alkitab berkata, “Tinggallah di dalam AKU dan AKU di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam AKU.”

• Untuk mencapai visi yang diwahyukan Komunitas Sel harus mengalir dalam gerakan ROH KUDUS sebab diluar gerakan ROH KUDUS komunitas sel tidak dapat berbuat apa-apa.
• Tatkala komunitas sel bergerak dalam Roh Kudus maka karunia-karunia Roh Kudus dinyatakan dalam Komunitas Sel

ROH KUDUS yang memimpin komunitas sel melakukan panggilan-NYA dan memperlengkapi karunia-karunia–Nya.

•  Pada Struktur K12 : Karunia Tanggung Jawab
            Setiap anggota komunitas sel memiliki rasa tanggung jawab menyatukan jalinan komunikasi Gembala – Jemaat yang tidak terputus.
•  Pada Gaya Hidup : Karunia Pujian, Penyembahan dan Doa
•  Rasa haus untuk memuji dan menyembah
•  Rasa lapar untuk berdoa
•  Kerinduan untuk bersekutu dan bersemangat untuk melayani

•  Pada Fokus Komunitas Sel
•  Karunia penjangkauan jiwa : tumbuh rasa belas kasihan pada jiwa-jiwa yang terhilang, keinginan    bersaksi yang menggebu-gebu, keberanian berkomunikasi
•  Karunia pemuridan : kerelaan belajar dan diajar, Kemampuan mengajar; punya daya tarik, berkuasa,    mudah dimengerti, punya tujuan
•  Karunia pelayanan : kerinduan untuk melayani tinggi, karunia kesembuhan, marifat dan hikmat
           

•  Karunia memelihara : konseling, penghiburan, menyampaikan pesan-pesan TUHAN

PRINSIP DASAR KEDUA.
Tuhan Menjadikan Setiap Orang Percaya Pekerja Tuaian

•  Matius 28:19–20
    Setiap orang percaya mengemban Amanat Agung. Artinya setiap orang percaya menjadi penuai dan pemelihara
•  Efesus 5:30–32
    Gereja digambarkan keluarga. Artinya setiap anggota keluarga dapat berkeluarga dan memimpin keluarganya.
•  Kejadian 1:26
    Manusia diciptakan untuk dapat memimpin segala ciptaan-NYA di bumi ini. Artinya manusia mempunyai kemampuan yang alami atau kata lain potensi Ilahi untuk memimpin.
•  Ulangan 28:13
    Tiap orang yang mendengarkan Firman TUHAN taat dan setia, dia akan menjadi kepala bukan menjadi ekor. Artinya manusia dituntut ketaatan dan kesetiaan kepada TUHAN sehingga ia dapat menjadi

PRINSIP DASAR KETIGA
Gereja Sel Akan Bertumbuh Secara Alamiah
Gereja sel adalah keluarga ALLAH, setiap keluarga pada umumnya dapat berkembang biak sesuai pertumbuhan anggota keluarga. Demikian juga komsel akan berkembang biak sesuai pertumbuhan gerejanya

1. ALLAH menciptakan manusia laki-laki dan perempuan disebut keluarga pertama menjadi gambar ALLAH berkembang biak memenuhi bumi (Kejadian 1:26 -28) dan disebut Keluarga Jasmani.
2. ALLAH membangun gereja, hubungan YESUS dan murid-muridNya disebut Keluarga ALLAH yang pertama menjadi Tubuh KRISTUS, berkembang biak memenuhi bumi (Matius 28:19-20) dan disebut Keluarga Rohani
3. Pertumbuhan alami akan terjadi
•  Keluarga Allah adalah bilangan 12 , bilangan Ilahi (Kisah Para Rasul 1:17 ,21)
•  Keluarga Allah adalah jemaat Allah yang hidup (I Timotius 3:15 )
•  Keluarga Allah adalah persekutuan ilahi (Koinonia) – (Kisah Para Rasul 1:21 )

PRINSIP DASAR KEEMPAT
Tanggung Jawab Pemelihara Komunitas Sel

1.  Tanggung Jawab Akan Jiwa-Jiwa
     Setiap pemelihara sel harus memotivasi anggota selnya untuk menjangkau jiwa-jiwa, itu sangat penting sebab tujuan dari komunitas sel adalah menjangkau jiwa dan memeliharanya sebagaimana misi TUHAN YESUS di bumi ini (Lukas 10:19 ).

2.  Tanggung Jawab Akan Pemeliharaan
     Jiwa-jiwa yang telah dimenangkan harus dimuridkan, agar tidak terombang-ambing oleh berbagai pengajaran palsu (Efesus 4:13 ). Dukung anggota sel hidup dalam saling melayani yaitu memelihara anggota baru untuk seterusnya dan seterusnya, jangan seperti Kain mengabaikan tanggung jawabnya memelihara Habel (Kejadian 4:9).

3.  Tanggung Jawab Akan Pertumbuhan Sel
     Komunikasikan Visi gereja agar setiap anggota sel dapat menangkap visi gereja, ajarkan kepada anggota selnya bahwa sel harus terus menerus membiak. Bersama-sama selnya membuat target dan mengarahkan selnya kepada target Serta memperlengkapi hal-hal untuk mencapai targetnya, seperti membuat komunitas minat untuk pertumbuhan ke dalam dan ke luar. Ke dalam misalnya belajar bersama - sama hal - hal yang berkaitan kepada selnya, ke luar misalnya membuat perjalanan bersama atau mission trip.

4.  Tanggung Jawab Akan Otoritas
     Setiap pemelihara komunitas sel secara sendiri atau bersama-sama dan terus diajarkan kepada anggotanya harus mengenal ALLAH-nya dengan benar, gerejanya dan gembalanya. Itu adalah dasar otoritas. Tunduk dan taat serta setia pada otoritas, itu merupakan bagian kehidupan dari komunitas sel, tanpa itu sel akan menjadi liar tanpa arah dan mudah digoncangkan (I Korintus 3:10 -11). Yosua adalah contoh ketaatan yang luar biasa pada otoritas yaitu tunduk pada Musa sebagai pemeliharanya (Keluaran 33:11). Dalam kepemimpinannya Yosua memimpin bangsa Israel , bangsa itu begitu tunduk dan taat padanya (Yosua 1:16 -17).

5.  Tanggung Jawab Pemuridan
     Pemimpin sel adalah seorang yang terikat kepada pemuridan, dimuridkan dan memuridkan seterusnya dan seterusnya

AGENDA KOMUNITAS SEL
1.  Mencairkan Suasana

Buat suasana permainan yang tujuannya adalah menjadikan suasana cair dan harmonis. Terkesan kasih persaudaraan yang nyata dan mencerminkan kekeluargaan. Jangan menciptakan permainan yang menimbulkan intimidasi /interogasi sehingga suasana sebaliknya menjadi tegang. Hal itu sangat berpengaruh pada kelangsungan komunitas sel

2.  Pujian dan penyembahan

Siapkan lagu-lagu yang mudah dihafal, hindari dari keterikatan alat bantu seperti gitar, OHP, dll. Lagu-lagu bersemangat atau antusias dan penyembahan secara profetik sesuai dengan topik sharing.

3.  Menyatakan Firman ALLAH
    Dalam hal ini ada dua pernyataan TUHAN :

• Pernyataan TUHAN saat penyembahan : Firman ALLAH yang membangun di sebut Rhemma.

• Pernyataan TUHAN pada khotbah dari minggu dicatat untuk disharekan, hindari pengulangan khotbah dan tidak perlu dibacakan ulang, akan tetapi cukup ditanya pada anggota sel hal-hal apa yang didapat pada saat Ibadah Raya, yang sesuai topik pembahasan untuk dimintai kesaksian Jikalau orang tersebut yang ditanya menyampaikan bukan sharing sebaliknya pertanyaan, hal itu harus dijawab dan diserahkan ke forum, tanyakan kepada anggota lain yang punya jawaban. Yang terpenting disini perlihatkan suasana saling membangun, dalam keadaan itu tidak ada kesan guru dan murid/pengkhotbah/konselor sedang konseling. Sepenuhnya mengalir dalam Roh Kudus yang dinyatakan pada setiap anggota sel. Selanjutnya melayani anggota yang mempunyai masalah. Ciptakan suasana pelayanan bersama jangan ada terkesan dominasi satu anggota. Jika ada hal-hal yang secara pribadi harus dijaga kerahasiaannya, cukup fasilitator dan gembala yang tahu dan mendoakannya.

4.  Membagi visi kerja

Mengingatkan anggota sel tentang P-4 menyatakan komitmen pada Amanat Agung, membuat target penjangkauan dan evaluasi yang telah dikerjakan. Doakan bersama hal-hal yang pokok dan yang muncul sejalan dengan aktivitas sel. Doa kontektual seperti doa puasa, doa keliling, doa peperangan dll. Doa persembahan dan doa perjamuan kasih jika disediakan, doakan fasilitator dan selanjutnya fasilitator mendoakan seluruh anggota sel, peneguhan seluruh sharing, impartasi Roh.


STRUKTUR KOMUNITAS SEL


KOMSEL TUNGGAL
KOMSEL KETIKA MULTIPLIKASI




Uraian Struktur komunitas sel :
•  Komunitas sel inti adalah penanggung jawab yang dipimpin oleh Gembala senior. Anggotanya terdiri dari seluruh staf Gembala, jumlahnya tidak melebihi batas garis komunikasi sel. Dan selanjutnya menjadi sel contoh yang disebut prototype dari sel ini menduplikasi terus kepada sel-sel lain dibawah garis struktur
•  Komunitas Sel Pengembang adalah sel yang dikembangkan oleh anggota sel inti. Anggotanya terdiri dari seluruh pengerja Gereja .
•  Komunitas sel pemelihara adalah sel penggembalaan jemaat seluruh jemaat tertanam dalamnya sehingga komunikasi jemaat dan gembala terjalin dalam komunitas global.

PERANAN PKS
Seorang Pemimpin komunitas sel (PKS) mempunyai tiga peranan yaitu :

•  Seorang Gembala 
•  Seorang Manager 
•  Seorang Pemimpin 

Tugas sebagai Gembala 
•  Membangun relasi

•  Memberikan perhatian kepada anggota

•  Menerima orang baru bertobat dan anggota baru dalam komunitas sel

•  Melayani anggota dalam situasi seperti :

•  Mengunjungi anggota yang sakit

•  Memimpin ucapan syukur rumah baru, dll

•  Tugas sebagai Manager 
•  Merencanakan target dan melaksanakan strategi bagi komunitas dan pengembangnya

•  Mengawasi dan membuat laporan tahap-tahap kehidupan sel kepada pimpinannya

•  Memperhatikan hubungan antar anggota komsel dan mendukung menjadi PKS

•  Mengawasi penggunaan Makmur Sepekan

•  Tugas sebagai Pemimpin 
•  Menjelaskan dan menyampaikan visi, misi dan pola dasar gereja

•  Mengarahkan PKS pada fokus komunitas sel (P4)

•  Pemetaan lingkungan dan memobilisasi doa keliling

•  Memberi laporan kepada Gembala perkembangan secara menyeluruh

•  Mewakili Gembala dalam pelayanan pastoral :

•  Konseling

•  Baptisan

•  dll yang dapat didelegasikan

GAYA HIDUP KOMUNITAS SEL
>> Gaya Hidup Komsel adalah Perintah Agung (Matius 22:37–39)

1.  Kasihilah TUHAN, ALLAHmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Ibadah = dalam pujian, penyembahan dan doa)
             

•  Pujian yang antusias

•  Penyembahan yang membangkitkan inspirasi oleh ROH KUDUS

•  Doa yang haus dan lapar dalam tangisan TUHAN
             
2.  Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
           

(Komunitas sel hubungan kasih persaudaraan = komunikatif dan interaktif, mengalir dalam karunia-karunia ROH. Saling melayani dan saling mengasihi, ke dalam saling membangun, ke luar menjangkau jiwa).

KUNCI SUKSES PKS
BERGERAK DENGAN VISI
•   Seorang pekerja tuaian adalah orang yang menangkap visi TUHAN pada gereja-NYA
•   Bergerak mengaplikasikannya dalam misi kerja,
•   Dapat mempengaruhi orang lain untuk turut dalam misinya
•   Mengkomunikasikan visi tersebut pada pengikutnya dengan roh yang menyala-nyala. (Lukas 8:16)
•   Tekun dalam pengharapan pada fokus komsel, tidak mudah berputus asa, taat dan setia, di ibaratkan seperti seorang prajurit yang tak pernah menyerah, berpegang teguh pada perintah (I Samuel 16:18 )
•   Berani ambil resiko atau kata lain bayar harga, diibaratkan seorang pahlawan yang berani mati demi perjuangannya artinya bagi pekerja tuian berani mati demi fokusnya (I Samuel 16:18 ).

MEMBERITAKAN INJIL
•   Kenapa kita memberitakan Injil? Memberitakan Injil adalah perintah agung yang ditanamkan pada orang percaya seturut dengan Firman yang membawa pada pertobatan
             
             
•   Penginjilan bukanlah karena diminta oleh gereja atau gembala, dengan pertimbangan masih banyak bangku kosong. Paulus dalam pelayanannya ia berkata “Celakalah aku jika tidak menginjil“ (I Korintus 9:16 ), dan juga Paulus menasihatkan kepada Timotius “ Beritakanlah firman TUHAN dalam keadaan baik atau tidak baik “ (II Timotius 4:2). Pernyataan tersebut mengacu kepada Amanat Agung yang mana pada kenyataan masih ada banyak jiwa yang perlu di selamatkan, bagaimana mereka dapat percaya jika tidak ada orang yang memberitakan kabar keselamatan (Roma 10:14 ).

MEMURIDKAN
•   Mengajar merupakan manifestasi Amanat Agung dari-NYA,
•   Kita menerima urapan keselamatan, didalamnya terkandung kemauan belajar dan mengajar (Matius 28:18-20).
•   Mengajar merupakan penyatuan iman dan menguatkan dasar orang percaya. Paulus dalam pelayanannya dia menginjil dan memuridkan supaya orang percaya dikuatkan imannya menghadapi tantangan (Kisah 14:22 ). Untuk mencapai kesatuan iman bertumbuh secara sempurna tidak mudah terombang-ambingkan pengajar palsu (Efesus 4:13 -14).

MELAYANI DENGAN KUASA ROH KUDUS
•   Seorang Pekerja Tuaian adalah berjalan dengan Roh Kudus, bukan apa yg ingin dicapai melainkan apa yang mau DIA capai.(! sam 10:6-7)
•   Seorang pekerja tuaian adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus maka dalam pelayanannya ALLAH akan menyertai-Nya (Kisah 1:8; Markus 16:17-20). Filipus adalah orang yang dipenuhi ROH KUDUS dan iman, dalam pelayanannya kuasa ALLAH dinyatakan (Kisah 8:4-8).
•   Seorang pekerja tuaian adalah orang yang hidup oleh iman percaya bahwa Injil adalah kekuatan ALLAH, kebenarannya dapat dinyatakan oleh iman, bahkan akan memimpin kita kepada iman yang lebih besar (Roma 1:16 -17).

BELAS KASIHAN TERHADAP JIWA-JIWA
TUHAN YESUS memperlihatkan hati BAPA ketika melihat jiwa yang terlantar Dia tergerak dengan belas kasihan. Seorang pekerja tuaian adalah orang yang memiliki hati BAPA, mempunyai belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. YESUS berkata : “Yang KU inginkan bukan persembahan melainkan belas kasihan” (Matius 9:13 ). Ujilah diri kita apakah memiliki hati BAPA? Jikalau memiliki hati BAPA ia akan menangisi jiwa-jiwa yang belum diselamatkan

PEKA TERHADAP BEBAN ORANG LAIN
TUHAN YESUS melihat mereka mengatakan mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Artinya TUHAN sangat konsen dan mengerti keadaan orang lain, itu sebab seorang pekerja tuaian adalah orang yang mengerti beban orang lain, peka terhadap permasalahan orang lain. Satu contoh Filipus dalam pelayanannya ia peka dalam roh dan dapat mengerti persoalan orang lain, melalui kepekaannya sida-sida Etiopia diselamatkan (Kisah 8:29 -38). Seorang pekerja tuaian bukanlah orang yang pandai berkotbah atau pandai memimpin, melainkan orang yang dapat menjadi teman membagi beban. Doa adalah dasar untuk memulai segala sesuatu (Yeremia 33:3)

HUBUNGAN DENGAN ALLAH

TUHAN YESUS mengajarkan kepada kita selalu berhubungan dengan Empunya tuaian, artinya seorang pekerja tuaian adalah orang mempunyai hubungan dengan TUHAN yang adalah Empunya tuaian, selalu berdoa dan membaca firman-NYA. TUHAN YESUS dalam pelayanan di bumi ini menghabiskan banyak waktu untuk berdoa (Lukas 9:18 ), bahkan IA membuat persekutuan doa dan renungan Firman TUHAN bersama murid-NYA (Lukas 9:29 ).

Waktu kami mengikuti Konferensi Pertumbuhan Gereja se-Asia di Korea kami mengajukan satu pertanyaan kepada seorang pembicara : “Rumus apa yang membuat Gereja di Korea pertumbuhannya begitu pesat?” Jawabannya yang pertama adalah doa, lalu dia mengatakan ada yang kedua, lalu kami menanti formulasi apa yang kedua yang dimaksudkan itu. Jawabannya singkat yaitu doa. Yang ketiga doa, seterusnya dan seterusnya sampai point yang ketujuh adalah doa. Kesimpulannya doa adalah peranan utama dalam pertumbuhan Gereja. Kita berdoa ALLAH yang melakukan, ALLAH lebih konsen dengan Gereja-NYA. Dalam buku Joel Comiskey, ia mengatakan survey membuktikan dalam beberapa Gereja yang dia pantau rata-rata dia menemukan dan menarik satu kesimpulan bahwa doa pegang peranan penting dalam pertumbuhan komunitas sel. Pemelihara komunitas sel yang setiap hari menghabiskan waktu 30 menit berdoa dengan yang berdoa di atas 30 menit ada perbedaan dalam pembiakan komunitas sel. Oleh karena itu doa menjadi peranan yang terpenting untuk mencapai pertumbuhan yang optimal bagi Gereja atau komunitas sel.

KELEBIHAN GEREJA RUMAH DIBANDINGKAN DENGAN GEREJA TRADISIONAL

Saya menemukan paling tidak ada dua belas kelebihan pergerakan gereja rumah dengan dasar sel bila dibanding dengan gereja tradisional kongregasional.
·  Multiplikasi dan Pemuridan
Gereja rumah adalah suatu acuan yang mengutamakan multiplikasi dan pemuridan dengan potensi pertumbuhan yang besar, karena "sel" sendiri merupakan bagian yang dapat memultiplikasikan dirinya sendiri. Pembinaan, multiplikasi, dan pemuridan adalah inti dari konsep ini. Sidang jemaat sama sekali bukanlah sebuah acuan atau model pemuridan, dan secara struktural cenderung mencegah terjadinya pembinaan dan pemuridan. Pemuridan tidak pernah hanya berarti satu- sama-satu: sesungguhnya pemuridan merupakan tugas komunitas. Selain karena Roh Kudus, pengaruh dari teman sebaya merupakan guru yang paling handal di muka bumi, dan hal ini tidak dapat dipungkiri oleh orangtua yang memiliki anak remaja. Gereja rumah juga menerapkan cara ini. Orang-orang yang telah ditebus saling bertanggung jawab satu sama lain, dengan cara yang sehat dan penuh kasih, saling menimba pelajaran tentang nilai-nilai kerajaan baru, menjadi teman dan keluarga bagi teman yang lain, dan saling menolong dalam kehidupan baru mereka. Tidak ada seorang pun yang dibiarkan bergumul sendirian dan menyembunyikan masalah-masalahnya, dan karena hal itulah, setiap orang cepat menjadi dewasa.
·  Struktur yang Tahan Aniaya
Melalui cara hidup mereka yang sederhana dan fleksibel, juga roh tahan aniaya yang mereka miliki, gereja-gereja rumah dapat berkembang sampai pada tahap menjadi struktur yang tahan terhadap aniaya, atau setidaknya melawan aniaya sebagai sebagai kebalikan dari jenis tradisional yang sangat mudah terlihat dan tidak bisa dipindah-pindahkan dari "gereja dengan salib di puncak menara".
·  Bebas dari Penghalang-penghalang Pertumbuhan Gereja
Begitu ada perhatian penuh untuk mencegah beralihnya gereja rumah dari suatu organisme menjadi organisasi, gereja rumah dapat bermultiplikasi secara mitosis, suatu proses reproduksi sel, dan pertumbuhan pergerakan benar-benar akan terbebas dari penghalang- penghalang pertumbuhan gereja.
·  Semakin Banyak yang Terlibat, semakin Efisien
Gereja kongregasional seringkali bertumpu pada suatu program. Sebagian besar program itu diatur oleh anggota jemaat. Hal ini telah terbukti bahwa hal tersebut tidak efisien dan sumber daya manusianya seringkali tidak cukup, biasanya hanya melibatkan 20% dari jumlah anggota jemaat ada, yang sudah kelelahan mengerjakan pekerjaan pelayanan bagi anggota lain yang lebih pasif, yaitu sekitar 80% jemaat yang tersisa. Dalam gereja rumah, hampir setiap orang dengan mudah dan secara alami akan terlibat, ranting yang mati dipangkas. Karena mereka yang terlibat merasa dipuaskan, jadilah mereka orang- orang yang bahagia, sehingga kualitas dan efisiensi gereja secara keseluruhan terus bertumbuh.
·  Menghancurkan Dilema Pelayanan Pastoral
Model gereja rumah akan menghancurkan dilema pelayanan pastoral, suatu masalah yang umum dan menggerogoti gereja kongregasional; seiring dengan pertambahan jumlah anggota, kualitas pelayanan pastoral biasanya menurun. Hal tersebut disebabkan karena gembala sidang tidak sanggup lagi memelihara domba-dombanya dengan baik.
·  Menyediakan Wadah untuk Transformasi dan Tanggung Jawab Kehidupan
Gereja rumah merupakan landasan ideal untuk mengubah nilai atau pandangan hidup, memindahkan kehidupan yang pada akhirnya akan mengubah gaya hidup. Analisis terhadap gereja-gereja di negara barat menunjukkan bahwa gereja kongregasional hampir pasti tidak efektif di dalam hal mengubah nilai-nilai dasar dan gaya hidup anggota jemaat. Banyak orang Kristen yang mengikuti gaya hidup orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka tidak bisa lagi dibedakan dalam masyarakat dan kehilangan ketajaman profetisnya. Gereja rumah memberi tempat bagi transformasi nilai yang radikal, serta penataan ulang kehidupan. Selain itu, juga menawarkan kehidupan yang bertanggung jawab, yang sifatnya saling menguntungkan dan hidup, di mana terdapat pengaruh teman sebaya yang telah ditebus, yang memang ditolong untuk melakukan hal-hal yang baik, bukan yang buruk.
·  Rumah adalah Tempat Paling Efektif bagi Orang Kristen Baru
Banyak hal mengenai mentalitas yang berfokus pada diri sendiri dalam gereja kongregasional yang telah ditulis, di mana gereja dan programnya menjadi pusat, dan hal-hal lain senantiasa berputar di sekelilingnya. Struktur ini tidak menyukai orang-orang baru yang datang "memporakporandakan aturan dan situasi". Dengan kata lain, gereja kongregasional adalah zona yang kurang ramah bagi orang- orang Kristen baru, berdasarkan laporan tentang besarnya jumlah, hampir mencapai 99% mereka yang meninggalkan apa yang dinamakan "program follow-up kegiatan penginjilan". Sebaliknya, gereja sel atau gereja rumah adalah zona paling efektif, alami, dan ramah bagi orang-orang baru untuk datang dan membina hubungan dalam komunitas Kristen. Gereja rumah menyediakan orangtua (ayah dan ibu) rohani, bukan guru-guru dan kertas. Gereja rumah juga membalikkan arah pandang orang-orang Kristen, dan tidak membawa orang ke dalam gereja, melainkan membawa gereja kepada masyarakat.
·  Menjadi Jalan keluar bagi Krisis Kepemimpinan
Gereja rumah dipimpin oleh para penatua, dan bukan sekadar itu saja, lebih tua daripada sebagian besar orang di dalam komunitas, tanpa harus berlagak "dituakan". Para penatua itu tidak harus menjadi pembawa acara yang trampil dan guru yang pandai: ayah dan ibu rohani sejati dan rendah hati dengan anak-anak yang taat merupakan modal awal yang baik. Orang-orang seperti itu telah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang mendewasakan dan teruji oleh waktu, bukannya seorang lulusan sekolah Alkitab yang mampu menjalankan beberapa fungsi rohani. Kepemimpinan seperti ini dapat dengan mudah ditemukan dan dikembangkan di mana saja tanpa harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk sekolah teologi. Dia bergantung pada masukan dan dukungan kerasulan serta profetik, yang pertama kali dan terus-menerus dia terima, pelayanan yang ada di dalam diri mereka dapat berkembang dan akan berpadu serasi serta bertumbuh secara eksponensial (bilangan berpangkat) bersamaan dengan pergerakan gereja rumah yang bermultiplikasi. Apa yang kita kenal sebagai Sekolah Minggu, Sekolah Alkitab, dan seminari kebanyakan bersifat statis, suatu sistem pengembangan kepemimpinan yang pada dasarnya bersifat tambahan, yang bila bertumbuh, paling-paling secara linier dan tidak secara eksponensial. Lembaga-lembaga di atas merupakan sistem yang bersifat informasional, bukan sistem yang transformasional, seperti yang dengan tepat ditunjukkan oleh Beckham. Oleh karena itu, mereka tidak dapat menandingi multiplikasi pergerakan gereja rumah dengan kebutuhan akan para penatua yang juga bertumbuh secara eksponensial.
·  Mengatasi Perbedaan antara Hamba Tuhan dan Orang Awam
"Di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan menemukan ayat-ayat petunjuk tentang seorang gembala sidang memimpin sebuah sidang jemaat," kata Barney Coombes. Gereja rumah sama sekali tidak memerlukan seorang gembala sidang seperti yang kita pahami selama ini, sebab para penatua berfungsi, bersama-sama dalam karunia- karunia gereja rumah yang saling menyokong, untuk memelihara dan memultiplikasikan kehidupan gereja. Kenyataan ini mematahkan kutuk perbedaan hamba Tuhan dengan kaum awam, yang justru ditekankan oleh gereja kongregasional.
·  Gereja Rumah lebih Alkitabiah
Kita tidak bisa mengabaikan pewahyuan alkitabiah lebih lama lagi sambil berharap bisa berlalu begitu saja. Tradisi memang merupakan guru yang tangguh, tetapi Firman Allah lebih dapat dipercaya dan jauh lebih baik. Bahkan, pada era pasca modernisme dan relativitas, Alkitab tetap mengajarkan hal-hal yang absolut, tidak terbantah. Alkitab sama sekali tidak mengajarkan bahwa sebuah kumpulan kudus yang berkumpul pada hari dan jam kudus di tempat yang kudus untuk berpartisipasi dalam sebuah upacara kudus yang dipimpin oleh orang- orang kudus berpakaian kudus demi gaji yang kudus adalah gambaran dari sebuah gereja Perjanjian Baru. Pekerjaan Allah yang dilakukan dengan cara Allah, sampai kini tetap mendatangkan berkat Allah. Bahkan di zaman Musa, Allah menyuruhnya membangun "seperti contoh yang telah Kutunjukkan". Kita tidak akan rugi jika kita bergumul dengan tradisi yang kita yakini demi mendapatkan kebenaran alkitabiah, sebab bukan tradisi yang akan membebaskan kita, melainkan Firman Allah.
·  Tidak bisa Disangkal, lebih Murah
Gereja kongregasional dapat didefinisikan sebagai "rencana ditambah gedung ditambah pendeta ditambah gaji ditambah program". Definisi dari gereja rumah adalah "orang ditambah rumah biasa ditambah iman ditambah membagikan kehidupan", yang jelas-jelas lebih murah. Jika gereja-gereja kongregasional membutuhkan dana yang luar biasa untuk berdiri, dan lebih banyak uang lagi untuk memelihara serta menyebarluaskannya, maka sel dan gereja rumah sebenarnya justru menghasilkan uang, karena mereka memproduksi lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Pada zaman yang banyak memperdengarkan jeritan yang tidak pernah berhenti meminta lebih banyak uang bagi "pelayanan gereja", kita tidak boleh menganggap remeh pilihan-pilihan yang ada, tetapi kita seharusnya menjadi hamba yang setia dari talenta keuangan yang telah Allah berikan kepada kita.
·  Gereja Rumah Membangkitkan Gereja Kota
Saya menemukan bahwa gereja sekarang mengatur diri mereka dalam empat tingkatan:
  1. Di rumah (dimana sebuah persekutuan yang hidup dapat berlangsung, terlepas dari nama yang kita berikan);
  2. Gereja kongregasional (gereja denominasi yang berorientasi pada pertemuan ibadah atau kebaktian tradisional);
  3. Kota atau wilayah;
  4. Denominasi (jaringan kerja, konferensi, atau organisasi dari gereja-gereja denominasi dalam suatu daerah).
Jika gereja tradisional, terutama berfokus pada tingkatan b dan d, maka gereja sel berfokus pada tingkatan a dan b. Di sisi lain, gereja rumah membuat kita terfokus pada tingkatan a dan c. Gereja dalam Perjanjian Baru dinamakan sesuai dengan lokasi geografisnya, bukan atas denominasi. Bersama gelombang pergerakan baru gereja rumah ini, terbuka pula sebuah jalan pulang menuju bentuk "gereja kota", yang artinya gereja dari sebuah kota semua orang Kristen dari kota atau wilayah itu, bertemu secara rutin atau pun tidak dalam pertemuan raya sekota. Dalam pertemuan tersebut, orang-orang Kristen yang paling berkarunia di kota itu dan para hamba Anak Domba yang rendah hati melupakan semua gelar dan aliran politik, lalu, dalam kedewasaan rohani yang baru, mempersembahkan nama, denominasi, reputasi, dan kesuksesan pribadi demi kemajuan Kerajaan dengan satu orang Raja, sang Anak Domba.
Bayangkanlah kegemparan yang terjadi saat orang banyak ini berkumpul, mereka datang dari seluruh penjuru kota, lalu pemimpinnya secara tetap memberikan visi-visi profetik, mengajarkan dasar-dasar kerasulan, berdiri dalam satu kesatuan, saling memberkati, dan berbicara kepada dunia dengan satu suara. Apa yang telah iblis upayakan dengan segala cara agar tidak terjadi akan kembali menjadi kenyataan: "jemaat Roma", "jemaat Efesus", "jemaat Korintus", "jemaat Yerusalem", Wina, Singapura, Baghdad, Kartoum, atau Montevideo akan terjalin kembali satu dengan yang lain, akan saling berkait, membentuk sebuah identitas rohani dan pergerakan bersama dalam satu Tuhan dan Tuan, dan juga berbicara dengan satu suara yang penuh kuasa kepada bangsa dan kotanya.
Apa yang terjadi pada tingkatan gereja rumah yang kecil akan tertumpah pada pertemuan yang lebih besar pada skala kota, dimana gereja akan "unggul dalam hal kecil yang kemudian unggul di dalam hal yang besar". Kegembiraan dan sukacita orang-orang Kristen pada tingkat rumah akan berkembang dan menggambarkan kegembiraan seluruh kota. Sehingga tidak seorang pun yang tidak menyadarinya, dan orang akan mengulangi pernyataan yang pertama kali diucapkan di Yerusalem: "Kamu telah memenuhi kota ini dengan pengajaranmu!" Jadi, ini bukan kegairahan yang digerakkan dari atas oleh para motivator dan pembicara impor lewat konferensi-konferensi tiruan yang diselenggarakan berdasarkan nama-nama besar dan tema-tema, sehingga bila Allah memutuskan untuk mengulang lagi contoh-contoh yang terjadi pada hari Pentakosta, yaitu ketika 120 orang Kristen di Loteng Yerusalem tiba-tiba diperhadapkan dengan tantangan untuk mengakomodasi 3.000 orang petobat baru dalam satu hari, mereka akan siap, sebab struktur multiplikasi gereja rumah yang fleksibel akan segera tersedia dan berjalan.
Pada banyak tempat di dunia, persekutuan-persekutuan pelayanan rohani (pastoral) dan jaringan doa, baik lokal maupun regional mulai bermunculan. Saya yakin, hal ini dapat menjadi awal bagi suatu proses regional, suatu perhimpunan besar yang dipimpin oleh Roh, yang terjadi secara intuitif dan perlahan dari orang-orang yang memiliki roh yang sama, yang pertama-tama menciptakan hubungan- hubungan yang sehat, lalu bergerak ke arah pembentukan identitas rohani bersama (kolektif), sebuah bejana persatuan, yang di dalamnya, pada suatu titik kairos tertentu dalam sejarah, dapat ditempatkan suatu tantangan yang lebih besar: sebagai suatu kesatuan untuk menerima tantangan untuk memuridkan kota atau wilayah kita -- bersama-sama!
Diedit dari sumber:
Judul Buku
:
Gereja Rumah yang Mengubah Dunia
Judul Artikel
:
Kelebihan Gereja Rumah Dibandingkan dengan Gereja Tradisional
Penulis
:
Wolfgang Simson
Penerbit
:
Metanoia Publishing 2003
Hal
:
38 - 45
e-JEMMi 36/2004

Berikut ini adalah salah satu bagian dari buku "PEMURIDAN: SENI YANG HILANG", tulisan LeRoy Eims. Buku ini menguraikan tentang proses pertumbuhan iman orang percaya dan pola pembimbingan yang menjadi pengalaman pribadi dari penulis. Buku ini sangat menarik dan cocok dipakai sebagai pola untuk melakukan pemuridan di kalangan warga gereja (dan juga pelayanan mahasiswa).
Pentingnya Melipatgandakan Murid
"Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak."
(Kisah Para Rasul 6:7)
Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk bertemu dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di gerejanya. Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat. Sering ada orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah sampai ia harus mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali. Ternyata Allah memberkati pelayanannya.
Tetapi pendeta itu juga mempunyai persoalan. Kecuali ia melatih pekerja-pekerja yang kerohaniannya memenuhi syarat, ia tahu bahwa banyak orang Kristen baru tidak dapat memperoleh pertolongan yang diperlukannya dalam pertumbuhan rohani. Juga mereka tidak dapat berkembang menjadi murid Yesus Kristus yang kuat. Dan pendeta itu tahu bahwa ia adalah kuncinya. Keseluruhan proses itu harus dimulai dari dia. Ia tidak dapat menyerahkannya kepada orang lain. Sebagai pemimpin rohani dari orang-orang itu, ia harus menjadi perintis dalam pelayanan itu.
Persoalan yang lain: ia sibuk sekali. Banyak hal menuntut perhatiannya; banyak orang menuntut waktunya. Seperti banyak pendeta lainnya, ia memakai banyak waktunya untuk mengatasi persoalan-persoalan kecil dalam gerejanya. Satu soal belum selesai, soal lainnya sudah timbul.
Pendeta itu menggunakan terlalu banyak waktu untuk melayani orang- orang yang selalu mempunyai banyak persoalan. Dia sibuk membereskan persoalan, mendamaikan seorang dengan yang lain, mengurus perselisihan keluarga yang sulit, dan menghadapi 1001 soal lainnya. Ia menjadi frustasi.
Tetapi ia mempunyai angan-angan. Kadang-kadang ia masuk ke dalam kamar belajarnya, dan memikirkan keadaannya dari sisi yang lain. Ia melamun, tidakkah lebih baik jika ia memiliki orang-orang yang kerohaniannya telah bertumbuh untuk menolong mengatasi persoalan- persoalan "rohani" yang terus-menerus timbul di gereja ini?
Yang ia maksudkan bukanlah orang-orang yang hanya membawakan pita rekaman khotbah pendeta untuk orang-orang di penjara, membagikan makanan, pakaian dan bantuan keuangan untuk yang memerlukan, mengajar di Sekolah Minggu, atau menolong pendeta mengatur urusan dan keuangan gereja. Maksudnya ialah orang-orang yang mengetahui bagaimana memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian membimbingnya dari saat pertobatannya sampai menjadi seorang murid yang kokoh, berserah, mengabdi, berbuah, dan dewasa; dan yang pada suatu waktu dapat mengulangi proses itu dalam kehidupan orang lain.
Teman saya tersenyum di dalam kamar belajarnya ketika melamunkan lamunan yang indah itu. Kemudian ia merasa gentar kembali ketika melihat kenyataan yang sebenarnya. Dan ialah orang satu-satunya di dalam jemaat itu yang memenuhi syarat secara rohani dan dapat menolong. Maka ia mengesampingkan lamunannya, membawa Alkitabnya, dan keluar pintu.
Sesudah kami membicarakan bersama-sama mengenai bagaimana menjadikan orang murid dan bagaimana melatih pekerja, pendeta itu kembali ke gerejanya dan mulai menjalankan prinsip-prinsip yang saya utarakan kepadanya dan yang diajarkan di dalam buku ini.
Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid- murid dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya bagi Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk memenangkan orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang bertobat itu, supaya mengulangi proses itu.
Melipatgandakan Atau Tidak?
Beberapa tahun yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang Kristen muda yang bersemangat. "Bob," tanya saya, "hal apakah yang bagimu paling membawa sukacita dalam hidup ini?"
"Akh, LeRoy, mudah sekali," jawabnya. "Membimbing seseorang kepada Kristus."
Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal itu terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga bahagia. Ada sukacita di dalam surga. "Tetapi," saya katakan kepada Bob, "ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada itu."
Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada Kristus?
Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu bertumbuh dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri kepada Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang lain kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama."
"Aha!" serunya. "Saya belum pernah memikirkannya!"
Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap mulai menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa ini banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua benua oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk melipatgandakan murid.
Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan suatu lokakarya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu berlangsung selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap pertemuan, dan hadirin cukup banyak. Tema yang kami bawakan adalah mengenai "Pemuridan di Gereja Setempat."
Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara anggotanya di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan sekarang memiliki sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil sewaktu-waktu diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian ia dan orang itu bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan minatnya. Proses pemuridan itu diteruskan, dan selang beberapa waktu mereka berempat mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan itu berlipat ganda sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang yang mengabdi dan yang sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat dalam pekerjaan gereja.
Pendeta tua itu mengatakan bahwa pelayanan ini lebih menguntungkan, memuaskan, dan menggairahkan daripada pelayanannya yang lain selama tigapuluh lima tahun. Sesudah semua itu dipaparkan, mata dari banyak mahasiswa seminari itu memancar dengan penuh gairah. Hampir-hampir mereka tidak tahan untuk menunggu-nunggu lagi untuk pergi ke tempat pelayanan mereka dan mulai melipatgandakan murid.
Yang sangat saya sukai tentang pelayanan melipatgandakan murid ialah bahwa hal itu berdasarkan Alkitab dan dapat dijalankan. Pertama, hal itu adalah cara Alkitabiah untuk menolong menaati Amanat Agung Kristus (Matius 28:18-20), dan untuk menolong melatih pekerja- pekerja (Matius 9:37,38) yang dewasa ini, seperti pada zaman Kristus, masih sedikit.
Kedua, saya telah menyaksikan pelaksanaannya dan hasilnya lebih dari duapuluh lima tahun. Ketika kami beberapa orang terlibat dalam pelayanan melipatgandakan murid dalam tahun 1950-an, kami masih belum menyusun dan mengorganisasikannya dengan baik. Kami hanya menyebutnya "bekerja dengan beberapa orang." Tetapi sejak itu saya telah memperhatikan pendeta, ibu rumah tangga, utusan Injil, perawat, kontraktor bangunan, guru sekolah, dan pemilik toko terlibat dalam kehidupan beberapa orang itu. Saya telah melihat Tuhan memberkati usaha mereka dan melipatgandakan hidup mereka dalam Kristus ke dalam hidup orang lain.
Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi dengan orang Kristen lain dengan maksud membangun kehidupannya -- meluangkan waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih secara sistematik -- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara juga. Biarlah kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan ketekunan pada waktu Saudara membagikan kehidupan yang telah diberi-Nya kepada Saudara dengan orang lain.
Sumber:
Judul Buku: Pemuridan: Seni yang Hilang
Penulis : LeRoy Eims
Penerbit : Lembaga Literatur Baptis, 1993
Halaman : 10-12; 17-20
CD-SABDA : Topik 18224

e-JEMMi 14/2002



Bagian berikut ini dikutip dari artikel berjudul "Konsep Dasar Pelayanan Gereja Sel dan Dasar Alkitabiah Pelayanan Sel" yang diambil dari buku "Strategi Pelayanan Sel" yang ditulis oleh Pdt. Dra. P. Tuhumury, M.Div.
TUJUAN PELAYANAN SEL

Mengapa dinamakan sel?
Sebelum kita melanjutkan pembahasan mengenai tujuan pelayanan sel, kita perlu secara objektif menilai mengapa kita harus melakukan strategi kelompok sel. Bukankah strategi yang ada sudah cukup? Ini perlu, agar kita terhindar dari mental ikut-ikutan dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Dengan pemahaman yang benar, kita memiliki dasar keyakinan yang kuat dari Firman Allah dalam semua pelayanan.
Kelompok sel dibutuhkan semata-mata untuk mencapai tujuan Allah melalui gereja-Nya, sebagaimana yang disebut dalam Kolose 1:28 dan Efesus 4:13. Ada banyak strategi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini, antara lain:
1.      Strategi 1-100: (Matius 5,6,7; Kisah Para Rasul 2:14-47). Strategi dengan komunikasi satu arah biasa digunakan dalam khotbah Minggu pagi atau ibadah raya. Strategi ini yang paling umum digunakan oleh gereja-gereja tradisional, dimana dalam semua jenis ibadah, satu orang berbicara dan yang lain hanya mendengarkan. Strategi ini baik digunakan untuk penyembahan bersama, penyampaian informasi secara meluas dan bersifat umum. Kelemahannya ialah tidak mungkin berlangsung komunikasi dua arah yang memungkinkan peran serta aktif semua anggota yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itulah sebabnya, tujuan pendewasaan pribadi setiap anggota sangat sulit dan tidak mungkin tercapai secara efektif.
2.      Strategi 1-10: Kelompok Kecil (Matius 4:18-22). Strategi ini dibutuhkan dan merupakan inti dari konsep sel yang efektif. Hanya, sayangnya dalam praktiknya belum mengikuti pola yang Yesus pergunakan pada para murid-Nya, dimana Ia mengajar, melatih, mengutus, dan mempersiapkan mereka sebagai pemimpin untuk meneruskan tugas-Nya, setelah Ia kembali ke surga. Strategi ini dilakukan oleh banyak gereja, tetapi hanya sebagai variasi metode di antara semua kegiatan yang diprogramkan. Akibatnya, pola ini tidak menemukan esensinya sebagai sekolah mini, pusat pemuridan, dan dapur pemimpin yang efektif yang memiliki karakter Kristen sesuai dengan citra Kristus. Melalui strategi ini, setiap anggota ditolong mengenal karunianya masing-masing, sehingga dapat melayani secara lebih baik.
3.      Strategi 1-1: Pengemban Amanat Agung. Yang dimaksud dengan strategi ini ialah setiap orang yang telah terlatih dengan baik, akan mampu menjadi pengemban Amanat Agung Kristus secara bertanggung jawab. Ini sangat dimungkinkan, sebab ia telah memiliki karakter Kristen yang berdasarkan atas kebenaran dan terus bertumbuh dalam pimpinan Roh Kudus. Bila setiap orang percaya sudah berada pada tingkatan rohani seperti yang diuraikan dalam Kolose 1:28 di atas, maka gereja akan mengalami pemulihan dan penuaian besar menjelang akhir zaman dan dipersiapkan sebagai mempelai perempuan yang tidak bercacat menyongsong kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Perlu ditekankan bahwa strategi 1-1 tidak mungkin tercapai tanpa strategi 1-10 (kelompok sel). Dengan demikian, terjawablah pertanyaan, "Mengapa kita membutuhkan strategi pelayanan dalam pola kelompok sel?" dan itu bukan sekedar sebuah konsep biologis secara terminologis belaka, dan bukan ikut-ikutan, melainkan memiliki pemahaman teologis yang benar.
Sebaiknya, setiap gereja lokal dan mitranya mendoakannya dengan sungguh-sungguh dan siap menginvestasikan semua daya dan dana untuk menerapkan konsep ini demi pelebaran Kerajaan Allah dan mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya, serta menjadi berkat secara meluas.
Tujuan-tujuan Utama Kelompok Sel
Berdasarkan pemahaman strategis di atas, muncul beberapa tujuan strategi kunci ini, yang sekaligus merupakan keunggulan sel.
·  Saling memperhatikan.
Hal yang paling sulit dialami dalam ibadah raya ialah saling mempedulikan. Dalam sel yang sehat, Kristus bekerja memberkati setiap anggota, sehingga setiap orang menerima dan memiliki hidup Kristus, saling mengasihi dengan kasih Kristus, saling menolong, dan saling membantu (Efesus 4:1-6). Di dalam kelompok sel yang sehat, Kristus memerintah, Roh Kudus bekerja, kasih-Nya mengalir dan dialami oleh setiap orang. Dalam kelompok sel yang sehat, Allah bekerja, sehingga kesatuan sejati dan kesehatian yang tulus (Kisah Para Rasul 3:32a) terwujud tanpa kemunafikan. Inilah yang menunjang pertumbuhan rohani setiap anggota, saling menguatkan untuk membawa kasih itu kepada orang lain.

·  Penjangkauan keluar.
Pertumbuhan rohani yang sehat tidak dapat dipisahkan dari upaya untuk mengasihi yang terhilang dalam dosa. Sebaliknya, kasih Kristus yang dialami dalam kelompok sel adalah dorongan kuat untuk menjangkau jiwa bagi Tuhan. Tugas ini dapat dikerjakan oleh setiap orang, tetapi akan lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok sel. Dalam kelompok sel setiap orang didoakan, disiapkan, dan dilatih untuk diutus keluar menjangkau orang yang belum percaya bagi Allah sebagai bukti pekerjaan Kristus dalam hidupnya. Di sisi lain, orang yang dimenangkan itu, bila dibawa ke dalam kelompok yang tidak saling mengasihi, akan sangat sulit, bahkan merusak kesaksian Kristiani. Orang Kristen baru itu tidak merasakan kasih Kristus, dan tidak menemukan hal yang berbeda dengan keadaan di dunia sekuler, bila orang dalam persekutuan Kristen tidak saling mengasihi. Akibatnya, ia sulit bertahan hidup dalam kelompok seperti itu dan mencari kelompok lain yang dapat menolong pertumbuhan imannya. Hal ini tidak dapat ditemukan dalam penginjilan secara pribadi (Pengkhotbah 4:9-12, Matius 16:19-20).

·  Mengembangkan karunia rohani.
Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, setiap orang yang sudah bertobat, menerima Kristus dan dilahirkan kembali, memiliki Roh Kudus (Efesus 1:13-14). Roh Kudus itulah yang membagikan karunia bagi setiap orang percaya (Kisah Para Rasul 2:38; 1Korintus 12:4-13). Bila kita jujur, banyak orang percaya hidup bertahun- tahun, tanpa mengetahui dengan jelas karunia apa yang dimilikinya, walaupun telah bertobat. Itulah sebabnya, ia tidak bertumbuh secara sehat dan kurang giat dalam pekerjaan Tuhan. Tentu ada banyak alasan, tetapi salah satunya yang penting ialah orang itu tidak berada dalam satu kelompok kecil yang dapat saling memperhatikan atau saling mendoakan dan saling mendorong dalam pertumbuhan. Hal ini tidak mungkin dikerjakan dalam ibadah raya, sebab perlu pengajaran dalam proses pemuridan yang teratur. Dan terjadilah hal yang sangat disayangkan, yaitu tidak semua orang percaya diberdayakan bagi kemajuan gereja Tuhan.

·  Mempersiapkan gereja di masa sulit.
Bila orang tidak diajarkan secara sistematis dan tidak dilatih untuk melayani menurut karunianya, imannya mudah goyah. Itulah sebabnya, bila datang tantangan iman, mereka mudah menjadi lemah dan berbalik kepada kepercayaan yang sia-sia. Kelompok sel bukan hanya mempersiapkan orang Kristen agar hidup dalam anugerah Allah, tetapi juga menolong orang Kristen agar dapat bertahan terus di masa-masa sulit sebab tidak bergantung pada gedung tertentu. Kelompok sel dapat berlangsung di mana-mana, di rumah anggota atau di ruangan yang sederhana, itulah salah satu cirinya yang dinamis.
 

FILSAFAT DASAR PELAYANAN SEL
Banyak orang mudah lemah dalam pelayanan, bukan hanya mereka belum memiliki visi yang jelas, tetapi juga karena tidak memiliki filsafat pelayanan yang merupakan dorongan yang menggairahkan militansi dalam melayani.
Ada lima prinsip utama yang merupakan filsafat dan kekuatan kelompok sel.
1.      Sel adalah "gaya hidup", bukan metode. Orang hanya dapat menjadi anggota sel yang sehat, bila telah menerima hidup Yesus dalam bimbingan secara pribadi. Bila seseorang belum bertobat dan memiliki hidup Yesus, maka semua kegiatan menjadi suatu program kosong, bagaimana pun direkayasa. Firman Tuhan hanya akan menjadi kerinduan bagi orang yang telah memiliki hidup Yesus (1Petrus 2:2). Selain itu, orang itu tidak akan memahami firman sebagai perkara rohani (1Korintus 2:14). Hanya, bila seseorang telah memiliki hidup Yesus, maka ia akan terus bertumbuh dan akan mengalami perubahan nilai hidup (2Korintus 5:17). Dengan demikian, filsafat pertama yang harus dipahami ialah bahwa dalam sel, setiap orang harus mengalami perubahan nilai dari waktu ke waktu oleh pekerjaan Roh Kudus dan Firman Allah (2Timotius 3:16-17). Dengan demikian, Firman Allah menjadi kesukaannya, dan sel atau kelompok yang bertumbuh dalam kebenaran akan menjadi gaya hidupnya.
2.      Pemuridan yang sesungguhnya terjadi terus-menerus. Dalam pola tradisional, sering kita temukan istilah "program latihan pemuridan". Ungkapan ini tidak salah, hanya saja proses pemuridan tidak tergantung pada satu program saja. Pemuridan adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus (Yohanes 15:1-8). Ranting tidak dapat berbuah bila tidak tinggal tetap atau terus-menerus menerima aliran kekuatan dari pokoknya. Di dalam sel yang terbina dengan baik, setiap anggota akan terus- menerus mengalami perubahan dan proses pembinaan dan terus ditambah dari hari ke hari, sehingga menjadi murid yang memuliakan Tuhan.
3.      Sel adalah sarana mobilisasi jemaat seutuhnya. Proses pemuridan yang sehat pasti mendorong setiap orang keluar untuk memberitakan Injil kepada dunia yang berdosa. Semakin dekat hubungan seseorang dengan Allah dan terus bertumbuh dalam anugerah-Nya, semakin ia dikuatkan untuk bergerak keluar dengan kasih dan kuasa Allah. Inilah wujud pertumbuhan alamiah yang dikerjakan Roh Allah dalam setiap orang percaya (Zakharia 4:6). Dengan demikian, bila gereja ingin memiliki kekuatan mobilisasi total, dimana setiap orang bergerak bagi Kristus, sel harus dibina secara intensif.
4.      Penginjilan dengan sistem jala, bukan pancing. Melalui sel, sistem penjangkauan keluar bukan hanya harus sistematis dan terus-menerus, tetapi juga dapat memungkinkan multiplikasi yang cepat. Filsafat dasar dari sel adalah multiplikasi. Pertumbuhan karakter dari setiap anggota terwujud dalam penjangkauan keluar yang terprogram yang menjadi gaya hidup sel. Penjangkauan dalam oikos jauh lebih efektif dari penjangkauan oleh pribadi demi pribadi. Bila setiap orang giat memberitakan Injil, maka setiap bulan, bahkan mungkin setiap hari ada jiwa yang dimenangkan kepada Tuhan melalui sel itu. Sistem penjangkauan ini dikuatkan dengan doa yang difokuskan pada sasaran yang khusus. Selain itu, terjadi kerja sama yang aktif antara anggota dengan Roh Kudus, sehingga kesaksian setiap anggota akan sangat berguna untuk mendorong yang lain, sebab kuasa yang nyata dialami. Inilah kekuatan sel dalam membawa orang datang dan percaya kepada Yesus.
5.      Memberi tempat pada Roh Kudus untuk memakai setiap orang. Sistem yang berlaku dalam sel ialah memberdayakan setiap orang agar dapat dipakai Tuhan. Dengan demikian, setiap orang sadar bahwa ia sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membawa orang datang kepada Yesus, kecuali ia sungguh berpegang pada Firman Allah dan bergantung pada kuasa Roh Kudus terus-menerus. Jadi, semua orang bergerak bersama bagi Tuhan dan bukan tergantung pada orang tertentu yang berkarunia hebat.
Kesimpulan
Dengan filsafat dasar ini, jelas bahwa prinsip ini sesuai dengan prinsip pertumbuhan gereja yang sehat atau yang disebut sebagai pertumbuhan yang alamiah, yaitu pertumbuhan yang dikerjakan oleh Allah sendiri.
Penjelasan Christian A. Schwarz bersama timnya yang mengadakan penelitian terhadap 1000 gereja di lima benua di dunia, mengemukakan hasil penemuan mereka dalam sebuah buku yang berjudul "Pertumbuhan Gereja yang Alamiah". Dalam pasal satu, ia mengemukakan delapan karakteristik:
  1. Kepemimpinan yang melakukan pemberdayaan
  2. Pelayanan yang berorientasi pada karunia
  3. Kerohanian yang haus dan penuh antusiasme
  4. Struktur pelayanan yang tepat guna
  5. Ibadah yang membangkitkan inspirasi
  6. Kelompok kecil yang menjawab kebutuhan secara menyeluruh
  7. Penginjilan yang berorientasi pada kebutuhan
  8. Hubungan yang penuh kasih
Dalam analisisnya terhadap setiap karakter tersebut, didapati bahwa kelima unsur filsafat di atas sejalan dengan karakter yang dikemukakan oleh Schwarz.
Judul Buku
:
Strategi Pelayanan Sel
Judul Artikel
:
Tujuan Pelayanan Sel
Filsafat Dasar Pelayanan Sel
Penulis
:
Pdt. Dra. Ny. P. Tuhumury, M.Div.
Penerbit
:
Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2001
Hal
:
18-24
e-JEMMi 36/2004


MENGENAL KTB KONTEKSTUAL

Apakah KTB Kontekstual?
Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual (KTBK) adalah sekelompok orang - - terdiri atas tiga sampai enam orang yang telah didiami Roh Kristus, yang bersama-sama belajar Firman Tuhan. Mereka rindu dan berkomitmen untuk bertumbuh ke arah kedewasaan penuh di dalam Kristus dengan :
  • Mempelajari Firman Tuhan bersama dengan benar.
  • Menaati Firman Tuhan yang telah dipahami.
  • Memiliki relasi dan saling mengontrol antar anggota.
  • Melipatgandakan KTBK kepada saudara seiman lainnya.
Kelompok ini disebut KTB Konstektual karena :
  • Konteks anggota sangat diperhatikan, baik kebutuhan rohani maupun kevariasian setiap pribadi.
  • Pemahaman Alkitab dilakukan secara induktif dengan menggunakan metode penafsiran konstektual.
  • Konsteks relasi kelompok antara pemimpin dengan anggota bersifat fungsional-interdependensi.
  • Pertumbuhan rohani hanya terjadi pada konteks tubuh Kristus.
  • Perencanaan program berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan konteks kebutuhan rohani.
  • Misioner, dimana KTBK dapat dibagikan kepada orang lain dalam konteks yang berbeda.
Visi KTB Kontekstual
Visi KTB Kontekstual adalah orang-orang yang telah didiami Roh Kristus akan bertumbuh sampai pada tingkat kedewasaan penuh di dalam Kristus melalui ajaran Firman Tuhan di dalam persekutuan tubuh Kristus (Matius 28:19-20; Efesus 4:11-16).
Misi KTB Kontekstual
Adapun misi KTB Kontekstual:
  • Mendorong orang percaya bertumbuh ke arah Kristus.
  • Melengkapi orang percaya dengan pemahaman Alkitab.
  • Mengontrol orang percaya dalam ketaatan terhadap Firman Tuhan.
  • Melipatgandakan KTBK dengan mendorong setiap anggota menjadi pemimpin dalam KTBK baru.
Karekteristik KTB Kontekstual
  • Alkitabiah: KTBK didasarkan pada ajaran Alkitab dan berpusatkan pada ajaran dan pribadi Yesus Kristus sebagai kepala jemaat.
  • Kontekstual: KTBK memusatkan pada penyelidikan Alkitab secara induktif dengan metode penafsiran kontekstual (bukan intuitif atau rasional dan bukan dedukatif dengan type topikal).
  • KTBK sangat memperhatikan konteks anggota: Setiap konteks bisa berbeda kebutuhan rohani, sehingga perumusan program KTBK suatu kelompok bisa berbeda dengan kelompok yang lain. KTBK menghargai keragaman kepribadian dan fungsinya dalam tubuh Kristus.
  • Goal oriented: Maksudnya, KTBK berorientasi pada tujuan yang jelas. Tujuan KTBK harus sesuai dengan tujuan Allah bagi orang percaya, bukan tujuan manusia. Dalam menentukan tujuan KTBK secara spesifik selalu mengacu pada tujuan di atasnya yaitu gereja atau PMK, supaya tidak meleset dari kehendak Tuhan bagi umat-Nya.
  • Interdependensi: Anggota KTBK bukan independen dengan orang lain sehingga merasa tidak memerlukan orang lain. Demikian pula tidak dependen, terhadap satu orang sekalipun pembinanya. Namun, anggota-anggota KTBK saling bergantung satu sama lain sebagai bagian dari tubuh Kristus yang saling membutuhkan.
  • Misioner: Setiap anggota KTBK yang telah mengalami pertumbuhan rohani akan membagikan berkat rohani kepada orang lain dan mulai membentuk KTBK baru. Ia akan memimpin anggota lainnya dan berlipat ganda.
MENGENAL PRINSIP BAHAN KTB KONSTEKTUAL
Bahan KTB Kontekstual disusun untuk memenuhi kebutuhan rohani anggota-anggotanya. Kebutuhan ini meliputi aspek: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan karakter), konatif (tingkah laku dan ketrampilan), dan relasi (hubungan).
Bahan KTB Kontekstual dirancang meliputi tiga scope:
  1. Peneguhan
    * Tujuan bahan scope Peneguhan adalah mengantar anggota-anggota KTBK memiliki kehidupan iman yang teguh di dalam Kristus.
  2. Pembinaan Dasar
    * Tujuan bahan scope Pembinaan Dasar adalah untuk menolong anggota-anggota KTBK bertumbuh dengan memahami dasar-dasar kekristenan.
  3. Pembinaan Lanjutan
    * Tujuan bahan scope Pembinaan Lanjutan adalah menolong anggota- anggota KTBK agar dapat terus bertumbuh ke arah Kristus dan melayani Tuhan.
Setiap scope tersedia tiga pilihan bahan, yaitu:
  1. Bahan Utama (menjadi prioritas KTBK)
    Bahan Utama diambil dari kitab-kitab dalam Alkitab yang disesuaikan dengan kebutuhan dasar untuk masing-masing scope. Misalnya:
    • Untuk scope Peneguhan menggunakan Surat 1Yohanes dan Injil Yohanes.
    • Scope Pembinaan Dasar menggunakan bahan Surat Efesus, Surat Kolose, dan Surat 1Petrus.
    • Scope Pembinaan Lanjutan menggunakan bahan Kitab Nehemia, Markus, dan Surat 2Timotius.
  2. Bahan Penunjang
    Bahan Penunjang adalah bahan lain yang dapat digunakan sebagai penunjang Bahan Utama KTBK. Bahan Penunjang yang ada merupakan hasil seleksi dari berbagai bahan Pemahaman Alkitab. Pemilihan dan penggunaannya disesuaikan dengan tujuan KTBK dan diserahkan sepenuhnya pada kesepakatan anggota KTBK.
  3. Bahan Referensi (lihat lampiran)
    Bahan Referensi adalah buku-buku rohani yang selektif. Bahan ini digunakan setiap anggota KTBK untuk memperkaya pengetahuan rohani dan Firman Allah dari setiap scope. Pemilihan dan penggunaan bahan berdasarkan kesepakatan anggota KTBK.
Desain bahan KTBK di atas akan membawa anggota KTB Kontekstual kepada tujuan pertumbuhan rohani yang dewasa dan sempurna di dalam Kristus (Roma 8:28).
DELAPAN PRINSIP PELAKSANAAN KTBK
1.      Berdoalah terlebih dahulu untuk setiap pelaksanaan KTBK. Mohon pimpinan Roh Kudus agar menerangi Firman-Nya.
2.      Rencanakanlah pelaksanaan persekutuan KTBK secara teratur seminggu sekali. Pergunakanlah waktu 2 jam untuk setiap pertemuan KTBK. Dengan alokasi waktu sebagai berikut: Pujian, penyembahan, dan doa selama 20 menit, PA induktif 60 menit, dan 40 menit untuk diskusi, aksi, evaluasi, dan doa.
3.      Pelajarilah terlebih dahulu bahan yang akan dibahas dalam KTBK. Hal ini akan mendukung terciptanya interaksi dan komunikasi timbal balik dalam setiap persekutuan KTBK.
4.      Aktiflah untuk membahas materi KTBK dengan bekerja sama secara seimbang antara anggota dengan pemimpin agar tujuan setiap pertemuan KTBK dapat tercapai.
5.      Disiplinlah dalam pelaksanaannya, tepat waktu dalam memulai dan mengakhiri. Disiplinlah dalam ketaatan melaksanakan aksi yang ditugaskan berdasarkan kasih Kristus.
6.      Kasihilah rekan anggota KTBK dengan saling menasihati, membangun, menegur, mengontrol, dan mendoakan, supaya semua menjadi dewasa dalam Kristus.
7.      Kembangkanlah KTBK baru. Setelah selesai KTBK ini mulailah memimpin KTBK baru dengan bahan yang sudah dipahami agar berlipat ganda.
8.      Koordinirlah semua anggota KTBK. Pemimpin berperan secara fungsional dan jadilah pendorong bagi semua anggota KTB untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap persekutuan.
Sumber:
Judul Buku
:
Seri KTB Kontekstual -- TEGUH DI DALAM KRISTUS (Surat Pertama Yohanes)
Penerbit
:
Tim Pelayan Persekutuan Mahasiswa Kristen Surakarta (PMKS) dan Sekolah Tinggi Teologia Gamaliel (STTG) Jl. Petir 18, Surakarta 57126
CD SABDA
:
Topik 17353
e-JEMMi 38/2004

APAKAH GEREJA RUMAH ITU?
Gereja Rumah adalah suatu cara hidup orang Kristen secara bersama-sama di sebuah rumah biasa dalam kuasa adikodrati. Begitulah cara orang-orang yang hidupnya telah ditebus. Dengan cara yang sama pula para murid Yesus bersama-sama meneladani kehidupan Kristus dalam hidup sehari-hari. Karena orang-orang yang telah ditebus tidak lagi menjadi milik diri mereka sendiri, mereka lalu mengadopsi gaya hidup yang tidak lagi mengagungkan hak-hak pribadi serta pementingan diri sendiri (individualistik). Gereja Rumah hanya akan mulai berkembang bila para petobat sejati berhenti hidup untuk diri sendiri dan tujuan-tujuannya sendiri, lalu mulai hidup bersama yang sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah serta mulai membagi hidup dan sumber-sumber hayati mereka dengan sesama orang Kristen maupun yang belum Kristen di sekitar mereka.
Gaya hidup ini timbul dari keyakinan bahwa kita tidak hanya mengalami Yesus Kristus dan Roh-Nya di dalam ruang-ruang kudus yang memang khusus disediakan untuk maksud tersebut, tetapi justru dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian seperti itu, dinamika kehidupan (organisme) Gereja Rumah adalah ranjang kematian bagi egoisme sehingga merupakan tempat lahir gereja. Kehidupan komunal sejati dimulai saat individualisme mati. Art Katz, seorang Yahudi Mesianik yang sebagian besar hidupnya dihabiskan dalam kehidupan berkelompok, berkata:
"Hidup secara komunal akan melumatkan ego lama Anda dalam kuasa Roh Kudus, dan menolong Anda keluar dari hidup perseorangan yang runyam, kehidupan di mana kita, setelah saling mengasihi selama satu jam pada kebaktian seminggu sekali, buru-buru pulang untuk menyiram bunga kita masing-masing, duduk di beranda kita masing-masing, makan hidangan kita masing-masing dan mencuci mobil kita masing-masing. Masing-masing! Sudah seharusnya kita mulai berfungsi sebagai salah satu bagian dari persekutuan orang-orang tebusan. Sebagai orang-orang yang telah ditebus, kita sudah tidak lagi 'pulang ke rumah' seusai kebaktian, karena kita 'telah berada di rumah' sewaktu bersama-sama saudara seiman."
Kekristenan "gaya" Gereja Rumah adalah tubuh Kristus yang berada di rumah biasa, sebuah masyarakat yang terdiri dari kaum "tiga pertobatan" yaitu mereka yang bertobat secara vertikal kepada Allah, mereka yang secara horizontal bertobat kepada satu sama lain yang menyebabkan mereka sanggup bertobat untuk melayani dunia dalam kasih, belas kasihan dan kuasa.
Gereja Rumah dalam banyak hal mirip dengan sebuah kerukunan keluarga besar rohani, saling terkait, spontan dan memiliki dinamika kehidupan di dalamnya. Sama seperti sebuah keluarga besar, dalam menjalani hidup sehari-hari mereka sebagai sebuah keluarga, tidak diperlukan suatu pengorganisasian, birokrasi tinggi beserta upacara-upacaranya. Sesungguhnya, Gereja Rumah adalah cerminan bagaimana orang-orang yang memiliki ikatan kekeluargaan bertingkah laku terhadap yang lain. Karena Gereja Rumah adalah ciptaan adikodrati yang ditemukan dan dikaruniakan oleh Allah, maka ia, bukan semata-mata sebuah marga keluarga yang rukun, yang memiliki beberapa kemampuan khusus. Salah satu kemampuan khusus itu adalah membentuk sendiri struktur penunjangnya dari dalam, yaitu pelayanan lima jawatan yang berfungsi seperti struktur penunjang yang dibangun oleh tubuh manusia, sistem kelenjar dan saraf, jaringan pembuluh darah dan kerangka. Orang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan kasih, rasa hormat dan penghargaan dari orang lain di sekitarnya. Gereja Rumah menyediakan cara yang sehat dan tanpa persaingan untuk mendapatkan hal-hal tersebut. Gereja Rumah pada dasarnya adalah cara untuk saling mengasihi, mengampuni dan hidup bersama.
Bagaimana Gereja Rumah Itu?
Gereja Rumah mencerminkan kualitas dan karakter Allah. Gaya hidup berkelompok ini dibentuk dalam semangat kasih, kebenaran, pengampunan, iman dan kasih karunia, mengampuni, berduka bersama mereka yang berduka, tertawa bersama mereka yang tertawa, menunjukkan dan menerima kasih karunia, serta secara terus-menerus berada dalam kebenaran dan pengampunan Allah. Inilah tempat di mana segala macam topeng ditanggalkan dan kita bisa terbuka satu sama lain dan di saat yang sama tetap saling mengasihi.

Apa yang Dilakukan di dalam Gereja Rumah?
Kita berada dalam bahaya jika begitu saja mengambil cetak biru dan meniru mentah-mentah "bagian aksi"-nya. Jadi, sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa saya tidak menyarankan kepada siapa pun untuk membuat jiplakan dari gereja Perjanjian Baru. Saran saya adalah kita pelajari dengan serius prinsip-prinsip dan nilai-nilai (values) gereja Perjanjian Baru, mengambilnya sebagai asas-asas yang ditetapkan oleh Allah, dan dengan asas-asas itu kita menciptakan sebuah pergerakan Gereja Rumah di jaman kita, di kampung halaman, tempat di mana ada budaya-budaya khusus -- bahkan di tengah suku kita. Hal ini lebih cenderung merupakan proses inkarnasi daripada sebuah usaha kontekstualisasi. Sebuah proses di mana Allah menjadi manusia lagi di dalam konteks kita, dan bukan sekadar membuat fotokopi murahan dari berbagai model yang sudah ada di tempat lain. Orang-orang yang Allah bangkitkan untuk menyingkap dan menginkarnasikan gereja ke dalam sebuah situasi tertentu, dalam tindakan maupun dalam pemahaman alkitabiah, adalah orang-orang Kristen yang memiliki karunia kerasulan dan kenabian.

Dari telaah terhadap Perjanjian Baru serta gereja mula-mula dan juga gereja-Gereja Rumah kontemporer, ada empat hal yang menonjol. Keempat hal ini kelihatannya merupakan landasan bagi Gereja Rumah sepanjang zaman.
  1. "Meating"
    ... Perjanjian Baru mencatat hal ini mengenai orang Kristen mula-mula: "Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati" (Kis 2:46). Agaknya hal ini merupakan pengalaman sehari-hari. Makan adalah tujuan utama dari pertemuan mereka. Paulus berkata, "Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain" (1Kor 11:33). Makan merupakan hal yang penting dalam perluasan Kerajaan Allah. Waktu Yesus mengutus murid-murid-Nya berdua-dua (Luk 10:1-8), Yesus menasihati mereka untuk mencari orang yang cinta damai, serta "makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu". Pada saat murid-murid itu mengakui kebutuhan dasar mereka ialah makan semeja dengan tuan rumah mereka, mereka membagi hidup dengan cara yang paling intim dan mendasar, dan secara profetis mengakui bahwa mereka semua, sadar atau tidak, bergantung kepada Allah yang memberi makanan setiap hari pada seluruh umat manusia. Sehingga, sebagai gantinya, mereka menghidangkan roti hidup kepada sang tuan rumah ....

  1. Saling mengajar untuk taat
    Inti dari pengajaran adalah "firman", kisah tentang Allah, Alkitab, apa yang telah Allah tentukan untuk dinyatakan kepada kita tentang diri-Nya, tentang kita, tentang perjalanan sejarah bumi, dan cara hidup (1Tes 4:1), sehingga kita dapat menyesuaikan kisah kita ke dalam kisah-Nya yang adalah itu sendiri (His-story).... Inilah pengajaran sistematis terbaik, yang bukan sebuah paket pembelajaran yang bertujuan menyampaikan dari A sampai Z-nya seperangkat doktrin kekristenan versi sendiri kepada para murid. "Sistem" pengajaran yang asli sifatnya relasional atau berdasarkan hubungan, yang dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan seorang murid yang dewasa di dalam Kristus melalui roh yang cepat taat serta suatu pelayanan yang membangun yang berorientasi pada karunia ....

    Gaya pengajaran ini dirancang untuk menolong seseorang menjadi "pelaku Firman", mengajar mereka untuk menaati segala sesuaatu yang telah diajarkan Yesus kepada kita (Mat. 28:20). Para ilmuwan mengakan bahwa kita dapat mengingat 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita dengar dan lihat 70% dari apa yang kita katakan sendiri dan 90% dari apa yang kita kerjakan sendiri. Hal ini merupakan latihan ilmiah sederhana yang baik, sama baiknya dengan penatalayanan yang memiliki waktu dan tenaga pelaksana, untuk menolong dan membangun orang lain mengekpresikan diri mereka, menjadikan mereka terlibat, mengajar mereka untuk mengajar orang lain bagaimana secara praktis menaati Kristus dalam kehidupan nyata, kehidupan sehari-sehari.

  1. Membagi berkat materi dan rohani
    ... Orang Kristen Perjanjian Baru membagikan kedua hal ini dalam Gereja Rumah-Gereja Rumah mereka: berkat-berkat materi dan berkat rohani: "dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan emreka bersama .... Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kis 4:32-35)....

    Orang Kristen sadar bahwa mereka bukan lagi milik mereka sendiri, melainkan milik Kristus, termasuk segala kepunyaan mereka. Waktu orang Kristen berkumpul, mereka saling membagikan apa pun yang mereka punyai, baik materi maupun rohani. Dalam prakteknya, masing-masing Gereja Rumah memiliki dana umum, di mana setiap orang dari mereka mendepositokan uang, pakaian dan barang-barang berharga. Setiap orang punya sesuatu untuk dibagikan dan oleh karena itu setiap orang dapat melayani orang lain. Hal ini membuat setiap orang sanggup menghargai dan menghormati saudara seiman yang lain ....

  1. Berdoa bersama
    "Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis 2:42). Doa merupakan detak jantung hubungan antara anak-anak Allah dengan Bapa di sorga. Itu sebabnya, setiap kali orang Kristen berkumpul, mereka akan saling mendoakan, mendoakan pemerintahan, berdoa bagi perdamaian, datang ke hadapan Allah dengan permohonan dan ucapan syukur, berdoa bagi orang-orang yang membenci mereka, melakukan pengusiran setan dan berdoa untuk kesembuhan.

    Dalam doa yang diajarkan Yesus kepada kita, Ia mendorong kita untuk berdoa: "Ampunilah kami akan dosa kami" (Luk. 11:4). Dalam sebuah keluarga yang saling membagi kehidupan, tidak ada kesalahan yang disembunyikan dalam waktu lama. Sebuah keluarga memiliki fasilitas untuk memantau dan mempertanggungjawabkan kehidupan masing-masing secara sehat. Seperti itu pula, Gereja Rumah sebagai sebuah keluarga rohani merupakan tempat ideal untuk saling mempertanggungjawabkan tingkah laku, termasuk di dalamnya saling mengaku dosa. Dalam Yakobus 5:16 ditulis: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh." Pada saat orang saling mengaku dosa di hadapan orang lain dan saling mengampuni (Kol 3:13), dalam budaya mana pun, mereka berhenti menjadi orang munafik, mematahkan kuasa dosa yang tersembunyi dalam hidup mereka. Mereka mengakui kebutuhan mereka akan kasih karunia dan pengampunan .... Mereka bertobat, bukan karena ingin menghindar dari konsekuensi dosa, melainkan karena merasa malu atas apa yang telah diperbuatnya. Hal ini juga akan menegakkan kembali sebuah disiplin gereja (jemaat) yang sehat dan alamiah, seperti yang dikenal oleh gereja pada masa Perjanjian Baru.
Diringkas dari sumber:
Judul Buku
:
Gereja Rumah yang Mengubah Dunia
Judul Artikel
:
Karakter Gereja Rumah
Penulis
:
Wolfgang Simson
Penerbit
:
Metanoia, Jakarta, 2003
Halaman
:
93 - 107
e-JEMMi 33/2003

Family Altar (FA)

"Degan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masingmasing secara bergilir dan makan bersamasama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka di sukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (Kis 2:46-47)
Tujuan FA adalah untuk memberikan kepada jemaat hal-hal yang tidak bisa mereka dapatkan dalam Kebaktian Minggu. Karena jumlah jemaat ada puluhan ribu, maka :
Jemaat tidak mungkin semuanya dikenal secara pribadi oleh Gembala Sidang, padahal penggembalaan adalah mengenal domba-domba dengan teliti (Yohanes 10:14).
Jemaat tidak mungkin dijaga semuanya satu persatu oleh Gembala Sidang, padahal penggembalaan adalah penjagaan hidup dan perlindungan rohani (Kisah Rasul 2O : 28).
Jemaat tidak mungkin menerima pelayanan konseling semuanya dari Gembala Sidang. 
Padahal jemaat membutuhkan orang rohani (1 Tesalonika 2:7,1112).
Jemaat tidak mungkin semuanya diajar/dilatih untuk melayani kebaktian.
Jemaat tidak mungkin semuanya mendapat kesempatan untuk melayani kebaktian.
Jemaat tidak bisa saling mengenal akrab bila hanya hadir tiap Minggu di kebaktian saja.
Di dalam FA, jemaat bisa mendapatkan semua yang tidak bisa mereka dapatkan dalam Kebaktian Minggu. Suatu FA dapat berhasil apabila memberikan kepada jemaat hal-hal yang tidak bisa mereka dapatkan dalam Kebaktian Minggu. Jemaat datang ke FA bukan untuk mencari suasana kebaktian yang meriah seperti Kebaktian Minggu, bukan pula mencari khotbah yang bagus, sebab semua itu sudah mereka dapatkan dalam kebaktian minggu. karena itu FA jangan berusaha untuk menyaingi Kebaktian Minggu, tetapi berikanlah kepada jemaat halhal yang tidak bisa mereka dapatkan dalam kebaktian minggu, yaitu penggembalaan, kesempatan untuk belajar melayani, pergaulan akrab diantara jemaat. Bila hal ini dilakukan ditiap FA, maka akan terjadi KESATUAN HATI, TUMBUH BERSAMA, dan MEMENANGKAN JIWA. Banyak jemaat yang tidak mau ke FA sebab mereka berkata bahwa mereka sudah ikut Kebaktian Minggu, kenapa disuruh ikut kebaktian di FA lagi? lni terjadi karena FA tersebut tidak memberikan kepada jemaat hal-hal yang tidak bisa mereka dapatkan dalam Kebaktian Minggu.


Perbedaan antara Family Altar dan Persekutuan Doa
KEGEREJAAN
FA adalah Home Church (gereja-gereja di rumah tangga,Roma 16..35, 1 Korintus 16:19, Kolose 4:15, Filemon 1:12).Merupakan gereja dalam skala kecil. PD adalah Parachurch, bukan gereja.
TUJUAN
Tujuan FA adalah untuk memberikan kepada jemaat halhal yang tidak bisa mereka dapatkan dalam Kebaktian Raya Minggu,yaitu penggembalaan, pelatihan, pelayanan dan hidup berjemaat. FA bukan kebaktian alternatif dan tak mungkin bisa menyaingi Kebaktian Minggu. PD adalah kebaktian alternatif untuk menampung jemaat yang tidak dipuaskan oleh Kebaktian Minggu di gerejanya. Dengan mendatangkan pembicarapembicara handal dan suasana kebaktian yang lebih baik, suatu PD dapat menyaingi Kebaktian Minggu suatu gereja yang suam
KEANGGOTAAN
Anggota FA adalah jemaat gereja itu sendiri.Anggota Gereja lain tidak dilarang datang tetapi mereka bukan anggota, sekedar tamu saja. PD bersifat interdenominasi, anggotaanggotanya berasal dari berbagai gereja. Karena PD bukan gereja, maka tidak bisa dituntut komitmen mutlak dari anggota anggotanya. Semuanya bersifat sukarela dan sementara.
KOMITMEN
FA adalah Gereja. Setiap anggota Gereja tersebut terikat dan harus komitmen di FA masingmasing agar mendapatkan pelayanan dan perlindungan spiritual. Karena PD bukan gereja, maka tidak bisa dituntut komitmen mutlak dari anggota anggotanya. Semuanya bersifat sukarela dan sementara.
WAKTU KEBAKTIAN
Lamanya waktu kebaktian FA dibatasi maksimal 1 jam. Lamanya waktu kebaktian PD biasanya sama dengan Kebaktian Minggu di gereja (kurang lebih 2 jam).
TEMPAT KEBAKTIAN
FA Berpindahpindah dirumah-rumah anggota jemaat.
PD Biasanya menetap.
PEMBICARA
Karena FA adalah program intern, maka pembicara harus berasal dari jemaat sendiri. PD Dapat mengundang pembicara-pembicara terkenal dari luar.
TEMA KHOTBAH
FA sudah diprogram oleh Gembala Sidang, merupakan sistem pelajaran praktis. Tujuan dan visinya sudah tertentu. PD umumnya tak diprogram, diserahkan sendiri kepada pembicara. Dengan banyaknya pergantian pembicara setiap minggu, warna/tujuannya bisa berbedabeda
JUMLAH HADIRIN
Bila suatu FA sudah stabil dihadiri lebih dari 15 anggota dewasa, maka FA itu harus dibagi menjadi 2 FA, agar dengan jumlah anggota yang kecil penggembalaan dan pelatihan jemaatnya tetap teliti. PD Tidak dibatasi, malah diusahakan sebanyak mungkin.
SUASANA KEBAKTIAN
FA suasananya sederhana : pembicara dan song leader kebanyakan awam, tidak memakai sound sistem, tidak memakai alat musik, biasanya hadirin kurang dari 15 orang. Yang penting ada hadirat Tuhan. PD dibuat semeriah mungkin/suasana pesta, menghadirkan pembicara terkenal, sound sistem bagus, alat musik lengkap, songleader berpengalaman, hadirin sebanyak mungkin, bernyanyi meriah.
UKURAN KEBERHASILAN
FA ukuran keberhasilannya adalah banyaknya FA baru yang dihasilkan dari FA itu PD ukuran keberhasilannya adalah banyaknya jumiah yang hadir.
KEUANGAN
Semua persembahan FA disetor ke Gereja. Tidak diperkenankan mengelola dan menyimpan keuangan. Ada ekses negatif yang dapat terjadi karenanya. Persembahan PD disimpan dalam kas sendiri dan dikelola oleh pengurus.
PERLUASAN AKTIFITAS
Gereja sudah menyediakan berbagai macam aktivitas pelayanan FA tak perlu mengada kannya lagi. FA harus dikonsentrasikan untuk penggembalaan, pelatihan, dan penginjilan lokal di area FA itu. PD dapat memperluas aktivitasnya dan membuka perbagai macam pelayanan untuk memuaskan pengikutpengikutnya yang tidak puas bergabung dengan pelayanan di gerejanya.
AREA PELAYANAN
Tiap FA harus punya area geografis tertentu sebagai kawasan pelayanannya agar tidak berbenturan dengan FA-FA lain. Tidak diatur secara geografis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar