Selasa, 13 Maret 2012

GEREJA ADALAH INSTITUSI ROHANI By.darius Nawipa


GEREJA ADALAH INSTITUSI ROHANI
By.darius Nawipa

Banyak institusi dengan berbagai macam pelayanan yang dimiliki organisasinya, namun hanya ada satu institusi rohani yang digunakan Tuhan sebagai wadah pelayanan rohani yakni GEREJA.

Gereja adalah institusi Rohani yang dilindungi dan dipelihara Tuhan dari campur tangan setan dan orang-orang yang tidak bertanggungjawab di bumi dari kuasa-kuasa dunia maupun dari alam maut (Matius 16:18). Kondisi demikian menghambat program kerja setan untuk menyesatkan manusia, sehingga setan pun mendirikan gereja tandingan dengan berbagai aturan yang dibuat manusia dengan kelicikan yang menyesatkan (Kolose 2:16-23, Efesus 4:14).
Tuhan Yesus menyebutnya lalang yang tumbuh diantara gandum (Matius 13: 24-30), itulah gambaran Gereja Tuhan dan gereja setan yang tumbuh bersama-sama di akhir zaman ini. Alkitab adalah Otoritas tertinggi bagi Gereja Tuhan, sedangkan gereja setan memegang ketetapan atau aturan-aturan manusia sebagai landasan iman dan pengajaran mereka. Pengaruh Iman dan ajaran Gereja sangat besar dalam kehidupan, bahkan menentukan tujuan akhir hidup seseorang atau Umat Tuhan, salah memilih gereja dan ajarannya berarti menentukan hidup untuk masa yang akan datang (Galatia 5:3-4).
Oleh sebab itu, orang yang sudah diselamatkan dalam Kristus memiliki tanggungjawab mencari Gereja yang benar atau yang Alkitabiah supaya imannya tetap terpelihara dalam ajaran Kristus yang sejati.

Dibawah ini adalah Ciri gereja yang Alkitabiah :
Gereja Lokal
Gereja identik dengan Jemaat, bila gereja mengacu pada milik Tuhan maka jemaat mengacu pada kumpulan orangnya, jadi gereja adalah kumpulan orang milik Tuhan. Tuhan Yesus menyebutnya jemaatKu dalam Matius 16: 18, jemaat berasal dari kata ekklesia (bahasa yunani) yang berarti kumpulan orang. Ada dua jenis jemaat, Jemat milik Tuhan adalah kumpulan orang yang sudah dilahirkan kembali dan jemaat milik duniawi adalah kumpulan orang dunia (Kisah Para Rasul 19: 32, 39).
Dari segi etimologi (ilmu akar kata) sudah jelas bahwa jemaat adalah kumpulan orang, bukan kumpulan wilayah atau kumpulan organisasi. Tuhan Yesus memperjelasnya dalam Matius 18:20, dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka, orang yang berkumpul ini adalah jemaat Tuhan. Oleh sebab itu, jemaat yang Tuhan kehendaki ialah jemaat lokal yakni kumpulan orang yang telah lahir baru dalam Kristus di suatu tempat tertentu. Melihat perkembangan hari-hari ini Sistem Organisasi Keuskupan Katolik dan sinode yang dibangun di beberapa benua sudah mulai bertentangan dengan ajaran Alkitab, dengan memiliki kesepakatan aturan-aturan yang ditetapkan manusia dengan emosionalnya (Kolose 2: 20-23), orang yang sudah dilahirkan kembali jelas tidak akan menggabungkan dirinya ke dalam organisasi buatan manusia ini.
Gereja Independen
Kepala Gereja lokal ialah Tuhan Yesus Kristus (Efesus 5:23) dan konstitusi atau undang-undang dasar Gereja lokal ialah Alkitab (perkataan para rasul dan para nabi, Efesus 2:20), segala sesuatu yang berhubungan dengan ajaran dan ketetapan gereja harus berdasarkan Alkitab dan dapat dipertanggungjawabkan dihadapan Kepala atas Gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Tidak dibenarkan campur tangan atau intervensi pihak luar dengan pengetahuan dan filsafatnya dalam hal apapun di jemaat lokal (1Korintus 6:1-9). Gereja lokal harus independen dalam segala hal, tidak mencampurkan persoalan iman dan negara atau menyelesaikan urusan iman berdasarkan konstitusi Negara, namun anggota jemaat harus patuh kepada pemerintah dalam urusan sosial-masyarakat.
Gereja lokal memegang lisensi tertinggi yang adalah sekolah theologia, kurikulum dan mata kuliah sekolah theologia harus selaras dengan ajaran Alkitab dengan bobot rohani, karena sekolah theologia melahirkan dan mendidik pemimpin iman atau pekerja di institusi rohani. Apabila pemerintah menuntut linsensi, maka hal itu harus berhubungan dengan hubungan sosial - masyarakat bukan iman atau pengajaran kurikulum sekolah theologia.
Banyak gereja yang tidak memiliki sekolah theologia dan banyak sekolah theologia yang tidak bernaung di bawah gereja, sehingga banyak gereja kehilangan identitas ajaran dan banyak theolog yang lupa identitas sebagai pemimpin atau pekerja rohani, tapi juga kebalikannya. Ada Gereja yang melahirkan atau menamatkan Rohaniawan dengan bergelar Sarjana dari Sekolah Alkitab tertentu, namun tidak memberikan dampak pelayanan Rohani di Gerejanya, kemudian tidak berpendirian sebagai seorang Hamba Tuhan yang dipanggil khusus untuk menjadi Agen Allah di bumi dan juga tidak tunduk kepada aturan orgaisasi Gerejanya. Apalagi menjadi Agen Allah untuk penegakan nilai-nilai Alkitabiahpun tidak merasa ada panggilan khusus untuk itu alias telah dibutakan dengan ilah zaman. Kondisi ini diakibatkan oleh pengabaian terhadap panggilan Ilahi dan prinsip gereja yang independen, yang tidak boleh diintervensi dalam bentuk apapun dari pihak luar. 
Gereja Terpimpin
Tuhan Yesus sebagai kepala Gereja memberikan para rasul, para nabi , penginjil, gembala, guru yang merupakan lima (5) jawatan yang diinginkan Allah dalam melengkapi orang-orang Kudus/Jemaat Tuhan dan untuk membangun Tubuh Kristus di bumi. mereka memegang otoritas sebagai pemimpin iman yang melengkapi jemaat dengan ajaran Alkitab yang benar dan teladan hidup (Efesus 4:11-12).
Saat ini Kondisi Gereja Kingmi di Tanah Papua sangat memprihatinkan. Sistim dan metode pengajaran yang sudah sangat menyimpang dari aturan Organisasi apalagi nilai-nilai Teologis yang mengalami Degradasi. Dalam kondisinya Tata Gereja tidak dipelihara dengan baik, Peraturan gereja yang telah disesuaikan dengan  Alkitabpun tidak berjalan atau telah lumpuh total, Kekudusan Gereja telah dinajiskan dengan Kepentingan Politik, sosial dan ekonomi, Gembala-gembala Jemaat telah digembalakan oleh kekuatan modernisasi, Kepemimpinan baik tingkat Sinode, Koordinator, Klasis dan Jemaat-jemaat diambil dengan cara emosional dalam kedagingan manusiawi, Umat ditingkat akar rumput mengeluh oleh karena tingkah laku Gembala-gembala bajingan yang Kren dan berpangkat. Fungsi lima Jawatan dan Sembilan Karunia yang diperintahkan Allah dalam pengembangan gereja lokal kita telah hilang. Gembala-gembala Jemaat menunjukan kepemimpinan ekstrim. Ketika Umat/Jemaat memprotes dan menyampaikan keluhannya terhadap kepemimpinan Gembala ke tingkat pimpinan Organisasi Gereja yang lebih tinggi Klasis atau Sinde, mala yang dikawatirkan adalah tidak adanya payung hukum atau Aturan Organisasi yang final, sehingga konflik Internal anggota Jemaat dan Gembala sidang terus berlarut-larut dan implikasinya pelayanan Kudus Tuhan jadi korban. Tidak ada ruang gerak bagi Umat untuk mengekspresikan Talentanya dalam posisi lima jawatan dan Sembilan Karunia Rohani yang dikehendaki Allah (kepemimpinan yang menekan dan intimidasi terselubung dalam Gereja Tuhan mulai terlihat). Sistim yang dibangun oleh pemimpin Gereja Tuhan saat-saat ini sangat tidak sesuai dengan Efesus 4:11-12, pemberdayaan Umat yang Alkitabiah yaitu mengklasifikasikan panggilan Allah bagi Umat/Gereja dalam barisan rasul-rasul, nabi-nabi, penginjil, gembala dan guru-guru sebagai pelengkap jemaat.
Apabila jemaat telah memiliki Lima Jawatan maka semua pemimpin rohani dalam gereja lokal akan berjalan dengan baik sesuai Alkitab sebagai otoritas tertinggi.
Para pemimpin rohani dalam Organisasi Gereja adalah orang-orang yang menguasai pengajaran Alkitab dan memiliki kepribadian hidup yang baik, yang tidak memiliki kecemaran duniawi (1 Timotius 4:16), apabila tidak memahami pengajaran Alkitab atau memiliki kepribadian yang buruk, maka Warga jemaat memiliki kuasa untuk menurunkan pemimpin tersebut, apakah itu pemimpin di tingkat Sinode, Koordintaor, Klasis hingga Jemaat berdasarkan otoritas Alkitab.
Gereja Harus Disiplin
Jemaat adalah tubuh Tuhan Yesus Kristus (Efesus 1:23), maka Warga jemaat harus hidup kudus. Jemaat yang kudus adalah jemaat yang tidak mengikat persahabatan dengan dunia (Yakobus 4:4), disiplin jemaat adalah cara untuk menghasilkan jemaat yang kudus.
Ada berbagai bentuk disiplin jemaat. Oleh karena itu, Tuhan Yesus juga menetapkan cara mendisiplinkan, yaitu melalui; tegoran empat mata, bila masih bersikeras maka membawa saksi, bila masih bersikeras lagi maka diumumkan pada Warga jemaat, dan bila masih masih bersikeras lagi maka harus dikeluarkan dari jemaat (Matius 18: 15-17).
Kita telah belajar menjadi Gereja yang menerapkan disiplin waktu, disiplin berpakaian (yang pria mengunakan pakaian yang sopan demikian juga wanita mengunakan baju yang sopan dan mengunakan rok), disiplin dalam pelayanan jemaat (yang melayani persembahan, bermain musik, memimpin Pujian, guru sekolah minggu dan bentuk pelayanan lain harus yang sudah menjadi anggota jemaat), disiplin bernyanyi (tidak boleh mengunakan Contemporary Christian Musik), apa yang kita lakukan sekarang ialah demi keberadaan Tuhan dan karya Roh Kudus yang hadir dalam setiap pertemuan jemaat, kita memberikan kesan pada Tuhan dan malaikat Tuhan sebagai jemaat yang kudus.
Saudara-saudari yang telah berdisplin di dalam jemaat menjadi orang yang sangat dikasihi Tuhan, karena saudara-saudari yang demikian mengasihi tubuh Tuhan Yesus Kristus yakni jemaat lokal.
Gereja Harus Menjadi Teladan
Jemaat lokal harus memberikan teladan bagi kehidupan orang-orang percaya, apapun yang dilaksanakan dalam jemaat lokal dapat mendorong orang percaya semakin taat dan setia pada perintah Tuhan.
Nilai kehidupan moral yang penuh integritas dan krediblitas dihadapan Tuhan harus dimiliki setiap anggota Gereja Tuhan, karena jemaat lokal adalah gambaran Tuhan yang nyata di dalam dunia, yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran bagi setiap manusia (1 Timotius 3:15), jemaat yang melaksanakan tata cara berjemaat dengan asal-asalan atau tanpa berlandaskan pada Alkitab sangat menyakitkan hati Tuhan (Matius 15:8-9), yang paling buruk ialah tata cara yang ditetapkan berdasarkan keputusan manusia tanpa kebenaran atau yang Alkitabiah (Kolose 2:20-23).
Salah satu persoalan yang diabaikan saat ini ialah peran wanita dalam keluarga dan dalam jemaat, untuk mempercepat jumlah dan memberikan peran pada wanita, banyak gereja melanggar kebenaran Alkitab mengenai peran wanita dalam jemaat. Bentuk tubuh dan cara berpikir wanita diciptakan Tuhan berbeda dari pria, karena wanita diciptakan dengan tujuan untuk menolong pria, karena itu Istri harus tunduk pada otoritas suami dan suami harus mengasihi istri seperti diri sendiri (Efesus 5: 22, 28) demikian pula anak-anak wanita harus tunduk pada otoritas ayahnya. Apabila suami yang tidak beriman mau hidup bersama dengan istri yang beriman, maka istri harus menunjukkan sikap tunduk dengan demikian suami dapat dimenangkan tanpa perkataan (1 Petrus 3:1-6, 1 Korintus 7:13-14). Oleh karena itu, jemaat lokal sebagai lingkup keluarga rohani memberikan teladan dengan menempatkan peran wanita sesuai dengan tujuan diciptakannya yakni dikasihi dan dilindungi, setiap wanita didalam pertemuan jemaat harus menundukkan diri pada suami atau ayah demi kekudusan jemaat dan kehadiran Tuhan saat bersekutu.
Itulah sebabnya 1 Korintus 14:34 menjelaskan peran wanita dalam berjemaat yakni berdiam diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar