Selasa, 13 Maret 2012

Otoritas Sebagai Pemberian Allah


Otoritas Sebagai Pemberian Allah
 admin.dariusnawipa
Pendahuluan
"Sebab seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahuNya, dan namaNya disebutkan orang : Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar KEKUASAANNYA, dan DAMAI SEJAHTERA tidak akan berkesudahan ... " (Yes 9:5,6).
Kira-kira 2.800 tahun yang lalu Yesaya menubuatkan datangnya seorang "Raja Damai". Kegenapan nubuatan ini ditemukan dalam Yesus.
Dalam mengomentari dominasi kerajaanNya, Rasul Paulus meyakinkan kita bahwa kebenaran, damai, dan kesukaan dalam Roh Kudus akan menandai mereka yang menerima pemerintahanNya di dalam kehidupan mereka (Rm 14:17).
Apa yang menggambarkan pemerintahan Kristus ? Jenis pemerintahan yang bagaimana, pemerintahanNya itu ?
Sudah dapat dipastikan pemerintahanNya itu bukan yang manusiawi, dimana setiap orang bebas untuk melakukan "apa yang terasa enak atau benar", tanpa memandang pengaruh-pengaruh yang timbul terhadap orang lain. Inilah yang dikatakan seorang ahli jiwa, yang berfaham bahwa kenikmatan hidup adalah segala-galanya.
Pemerintah itu tidak memperbolehkan kita hidup diluar jalur yang alamiah, seperti homoseks dan lesbiah yang diperbolehkan oleh beberapa anggota aliran "kebebasan wanita" dari negara-negara Barat. Dan tanpa perlu dipertanyakan lagi gereja dan Allah mempunyai otoritas untuk tidak memperkenankan hidup yang sedemikian pada manusia.
Pemerintah Tuhan kita Yesus Kristus adalah Pemerintah dari Kasih. Suatu pemerintah yang memberkati, pemerintah yang menyatu padukan, yang motivasinya adalah agar manusia berjalan lebih dekat dengan Allah dan dengan manusia.
Tujuan pelajaran ini adalah untuk membiasakankita dengan pemerintahan kebenaran, kedamaian dan sukacita dalam Roh Kudus.
Dan inilah yang Tuhan rindukan agar kita semua berada dalam suasana tersebut dalam gerejaNja.

A.  EMPAT TINGKATAN OTORITAS YANG DIBERIKAN PADA MANUSIA
Empat tingkatan otoritas yang diberikan pada manusia adalah otoritas-otoritas yang bila dipakai dengan benar akan menghasilkan kebenaran, damai dan sukacita dalam Roh Kudus.
Empat tingkatan tersebut adalah:
1.Otoritas Utusan
Rasul Paulus memberi kita instruksi sesuai dengan penundukan diri kita pada 5 jabatan : rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru.
"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu..." (Ibr. 13:17).
Istilah 'memerintah' disini bukan berarti para pemimpin rohani melaksanakan pemerintahan mutlak sebagai seorang diktator, yang memaksakan kehendak mereka pada orang lain. Sebaliknya kata itu berarti memberi "kepemimpinan seorang gembala" pada orang lain.
Secara Alkitabiah, seorang gembala dikatakan sebagai orang yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya, orang yang benar-benar memberikan segenap hidupnya untuk melayani, melindungi dan memberi makan. Seorang gembala bukanlah seorang yang "memerintah", tapi lebih berarti sebagai seorang yang: melindungi, merawat, mengasihi, dan memberi makan. "...Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya"(Yoh 10:11).
Ibrani 11:17 Sebenarnya harus dierjemahkan seperti ini: "Ikuti mereka yang menjalankan tugas kepemimpinannya sebagai gembala dan tundukkanlah dirimu pada perhatiannya, pemeliharaannya, dan kasihnya, karena mereka bertanggung-jawab atas jiwamu kepada Gembala Agung Yesus!"
a. Batas-Batas Otoritas Utusan.
Kunci untuk mengerti otoritas utusan ini adalah:
1) Otoritas utusan tidak pernah lebih besar dari tanggung-jawab seseorang,dan
2) Otoritas utusan tidak pernah timbul dari sesuatu yang lain kecuali tanggung-jawab.
Contohnya, karena anda bertanggung jawab atas istri dan anak-anak anda, anda mempunyai otoritas dalam rumah tangga anda.
Mengapa anda tidak mempunyai otoritas atas rumah tangga dari keluarga tetangga-tetangga sebelah rumah anda? Karena anda tidak bertanggung jawab atas isteri dan anak-anak mereka.
Otoritas itu tidak pernah melebihi tanggung jawab hanya sejauh tanggung jawab seseorang tidak lebih.
b.Para Pemimpin Sidang Mempunyai Tanggung Jawab Utusan.. Suatu alasan mengapa Allah membangun umat Tuhan dalam gereja lokal adalah: Tuhan bermaksud agar mereka mengembangkan tugasnya, pekerjaannya, dan hubungan setiap harinya, di mana mereka dapat bertanggung jawab terhadap kebutuhan yang seorang kepada yang lainnya dan sebaliknya.
Apabila seorang gembala memikul tanggung jawab atas sekawanan domba, ia diberi kuasa untuk memberi makan, mengunjungi, melindungi, menjaga, dan merawat, serta dengna penuh cinta kasih mendisiplin mereka.
Para pemimpin rohani mempunyai tugas sebagai wakil-wakil dari Allah. Seperti ...utusan-utusan Kristus...dalam nama Kristus kami meminta kepadamu..." (2Kor 5:20).
Sebagai ganti Kristus di sini, kata Paulus: Saya berada di sini mewakili dia, saya adalah agenNya."
Para pemimpin sidang hanya bekerja sebatas tanggung jawab yang ditugaskan padanya dalam situasi tertentu, sama dengan apa yang akan dilakukan Kristus, seandainya Ia hadir secara lahiriah. Mereka adalah agen-agen perwakilan Kristus yang mengurus sidangNya dan mengurus perkembangannya baik secara spiritual maupun moral.
Mungkin hal ini akan lebih jelas bila diterangkan dengan menggunakan contoh dari "hukum keagenan".
Beberapa tahun yang lalu seorang pemimpin gereja terlibat dalam suatu kecelakaan lalu lintas yang cukup berat, di mana banyak orang yang terluka parah. Pemimpin gereja tersebut adalah pengemudi dari kendaraan itu. Tetapi kemudian bukan hanya dia yang dituntut, denominasi gerejanya juga dituntut.
Pengadilah memerintahkan denominasi gereja itu harus membayar karena dalam pandangan pengadilan, pemimpin gereja tersebut bertindak sebagai "agen" dari organisasi tersebut. Bukan saja dia yang bertanggungjawab tetapi juga organisasinya.
Seperti inilah apa yang Tuhan lakukan. Ia menunjuk para pemimpin sidang untuk bekerja di tempatNya, sebagai agenNya yang bekerja dengan otoritas seorang gembala yang mempunyai rasa tanggung jawab sebagaimana diperlukan. Inilah yang disebut otoritas utusan, otoritas untuk mewakili seseorang dan melakukan sesuatu seperti kalau pemberi otoritas itu ada d tempat tersebut. Otoritas ini mempunjai kekuasaan hanja sejauh tanggung jawab yang dibebankan padanya saja tidak lebih.
2.Otoritas Stipulatif
Otoritas ini adalah otoritas dari suatu persetujuan yang sah. Kontrak adalah suatu perdjandjian di mana dua kelompok setuju unuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu berdasarkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh kedua belah pihak dan hukuman-hukuman bagi yang melanggarnja. Kita akan membicarakan hal ini lebih lanjut nantinja.
3.Otoritas dari Kebiasaan atau Tradisi
Di tempat hal-hal yang bersangkutan dengan kebiasaan atau tradisi dilakkan oleh sekelompok masyarakat, maka didalam masyarakat tersebut akan timbul suatu kekuatan (otoritas) dari kebiasaan dan tradisi. Tradisi yang baik diteima oleh setiap anggota masyarakat, karena hal itu telah dilakukan bertahun-tahun dan memberikan hasil yang baik.
Di dalam Perdjandjian Baru, Paulus menunjukkan adanya otoritas dari kebiasaan dan tradisi tersebut ketika ia menulis, "Tetapi jika ada orang yang mau membantah, kami maupun jemaat-jemaat kami tidak mempunyai kebiasaan yang demikian..." (I Kor 11:16).
Sebuah konflik yang menarik antara otoritas dari perjanjian dan otoritas dari kebiasaan tampak pada hubungan antara Yakub dan pamannya, Laban (Kej 29:9-30).
Mereka telah membuat suatu perjanjian (kontrak). Kontrak itu berbunyi demikian: apabila Yakub telah bekerja tujuh tahun Rakhel, putri bungsu Laban akan menjadi isteri Yakub.
Namun, ketika kontrak telah sampai pada waktunya, Laban menempatkan otoritas suatu kebiasaan di atas otoritas perjanjiannya dengan Yakub tersebut. Ia memberikan puteri sulungnya, Lea, bukan Rakhel pada Yakub.
Ketika Yakub bangun pad malam pengantinnja dan menjumpai Lea di sampingnya, kita dapat membayangkan kemarahannya pada saat ia pergi menemui Laban, ia memenipunya dan melanggar kontrak mereka.
Laban menjawab, kebiasaan untuk menikahkan puteri tertua lebih dahulu sebelum puteri yang lebih muda tidak dapat dilanggr begitu saja. Dan apabila Yakub masih menginginkan Rakhel, maka ia harus bekerja selama tujuh tahun lagi. Dengan rasa enggan, Yakub akhirnya menyerah juga pada "otoritas kebiasaan dan tradisi", yang dalam hal ini perjanjian" dari perjanjian yang mereka buat.
4.Otoritas Fungsional
a)Timbul dari Kemampuan
Dengan otoritas fungsional, yang kami maksudkan adalah otoritas yang timbul dari kemampuan/kesanggupan seseorang. Setiap dari kita mempunyai kemampuan sebagai akibat dari:
1) Kelahiran: Kemampuan alamiah
2) Latihan: Kemampuan yang kita kembangkan melalui pendidikan kita.
3) Kemurahan: Kemampuan yang kita dapatkan dari apa yang kita ketahui tentang "sekolah penggemblengan".
4) Pengalaman: Kemampuan yang kita dapatkan dari apa yang kita ketahui tentang "sekolah penggemblengan".
Bagaimana otoritas fungsional ini bekerja? Marilah kita bayangkan anda kebetulan melihat suatu kecelakaan yang terjadi didepan mata anda. Seorang laki-laki yang terluka parah sedang tergeletak di dekat sepedanja yang rusak. Orang tersebut di langgar oleh sebuah truk. Pada saat itu ada seorang dokter, seorang polisi dan seorang montir.
Siapa diantara mereka yang mempujai otoritas untuk mengatakan apa yang harus dilakukan terhadap orang yang hampir mati itu? Tentunya anda akan menjawab dokter! Dengan pendidikanya dan ketrampilannya dokter itu mempunyai kemampuan dan tentunya, dialah yang mempunyai otoritas untuk mengetahui apa yang paling baik dilakukan pada keadaan tersebut.
Montir dengan alat-alatnya tidak akan dapat berbuat banyak, dmikian pula polisi dengan segala tanda-tanda pangkatnya.
Ketika tempat di sekitar kejadian itu akhirnya harus diamankan dari arus lalulintas, siapa yang mempunyai otoritasnya? Tentu saja polisi. Mengapa? Ia telah mendapat pendidikan untuk itu, dan ditugaskan untuk menangani hal tersebut.
Namun, ketika tiba saatnya untuk memperbaiki sepedanya, siapa yang kita tuju? tentu saja si montir. Mengapa? karena kemampuannya, karena otoritas fungsionalnya.
Kemampuan mereka yang khusus itu membuat mereka mempunyai otoritas untuk melakukan tugas-tugas yang telah mereka kuasai melalui latihan-latihan tertentu.
Umumnya di dunia ini seorang polisi akan mendapat peringatan keras apabila mereka menggunakan otoritas mereka dengan coba-coba mengendalikan atau mendikte pelajanan seorang dokter pad orang yang sedang dalam keadaan antara hidup dan mati itu. Semua tanda-tanda pangkat yang menempel di bajunya hanya memberinya otoritas dalam batas-batas tertentu.
b)   Dinyatakan dalam Alkitab
Yesus menyatakan otoritas fungsional ketika Ia berkata,"...bukan orang sehat yang memelukan tabib, tetapi orang sakit..."(Mat 9:12).
Di dalam rumah tangga, Paulus memberitahukan bahwa suami-suami dan isteri-isteri harus saling merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Tuhan(Ef 5:21). Dengan tetap berada pada daerah, kemampuan dan latihan mereka masing-masing , seorang isteri harus merendahkan diri pada suaminya dan seorang suamiharus merendahkan diri pad isterinya. Dan kedua-duanya tetap berada pada otoritas fungsional mereka masing-masing.
Merendahkan diri yang didasarkan atas kasih akan membuahkan saling menghargai kemampuan dari pasangan kita ini dapat diterapkan pada rumah tangga dan pernikahan.
Tujuh tingkat dari otoritas yang telah diatur dengan begitu baik dalam Alkitab ini, adalah semua bagian dari "...bertambah besarnya kekuasaanNya dan damai sejah-teraNya...".
B.  MASALAH-MASALAH DENGAN OTORITAS MANUSIA
Di masa masalah-masalah mulai timbul? Di dunia tempat kita hidup, bahkan di gereja dan di rumah, kita mempunyai masalah-masalah dengan otoritas ini, Kegiatan apa yang menyebabkan situasi-situasi yang rumit itu?
Mengapa kita seringkali merasa terpaksa harus berhenti bertengkar antara anggota keluarga kita, mengapa kita tidak memiliki kedamaian yang abadi di dalam beberapa rumah kita telah gagal untuk mengerti tentang otoritas dan apa peranan otoritas itu sebenarnya.

1. Masalah 1: Orang-orang Mencoba Melakukan Otoritas Yang Sebenarnya Adalah Milik Allah Sendiri
Tentu saja ada maslah yang timbul apabila kita memakai otoritas suatu utusan, otoritas stipulatif (perjanjian, persyaratan), otoritas kebiasaan, ataupun otoritas fungsional dan meninggikannya setinggi tingkat dari Otoritas Agung atau otoritas kebenaran ataupun otoritas dari hati nurani.
Apabila seseorang meninggikan otoritasnya yang terbatas itu pada otoritas yang mutlak, yang tidak dapat dibantah, maka orang itu akan membuat dirinya sama atau bahkan lebih besar dari Allah dan FirmanNya, dan hal ini pasti menimbulkan kesulitan.
Sangat mudah bagi para pemimpin gereja untuk "berperan sebagai Allah", hanya dengan melakukan apa yang benar dipandang mereka sendiri dan dengan otoritas yang dimilikinya berkeras menyatakan bahwa hal itu memang harus demikian. sikap ini sangat membahayakan, bahkan lebih membahayakan lagi jika mengotori umat Allah dan kepemimpinan gereja.
Jelas dinyatakan dalam Alkitab bahwa Allah tidak akan membiarkan otoritas agungNya dirampas begitu saja.
Yesus berkata,"...Kitab suci tidak dapat dibatalkan/dilanggar'(Yoh 10:35).

2. Masalah 2: Terjadi Konflik Antara Otoritas Agama Dan Alkitab
Hal ini digambarkan secara dramatis dalam konflontasi antara Ananias, seorang imam besar dengan Paulus, seorang rasul. Ceritanya adalah sebagai berikut: Paulus membela diri di Yerusalem terhadap dakwaan beberapa pemimpin agama orang Yahudi, "...sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: Hai saudara-saudaraku, sampai pada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.

"Tetapi Imam besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri di dekat Paulus menampar mulut Paulus.
"Membalas hal ini Paulus berkata kepadanya: Allah akan menampar engkau hai tembok yang dikapur putih-putih! Engkau duduk disini untuk menghakimi aku menurut hukum taurat, namun engkau melanggar hukum Taurat oleh perintahmu untuk menampar aku" (Kis 23:1-3)
-Nomor Satu-
Paulus menunjukkan Otoritas Alkitab dalam situasi ini dengan membiarkan Ananias mengetahui bahwa Alkitab membiarkan otoritas yang lebih tinggi daripada otoritas yang Ananias memiliki sebagai seorang hakim.
"Dan orang-orang yang hadir di situ berkata: Engkau mengejek imam besar Allah? Jawab Paulus (ia meminta maaf dan berkata) Hai Saudara-saudara, aku tidak tahu, bahwa ia adalah imam besar; memang ada tertulis janganlah engkau berkata jahat tentang seorang pemimpin bangsamu!" (Kis. 23:4,5).
- Nomor Dua -
Dengan permintaan maaf pada iman besar (dengan dasar peringatan dari Alkitab tadi), Paulus menyatakan dengan sangat jelas bahwa ia juga (sebagai seorang rasul) harus tunduk pada Alkitab.
Marilah kita memeriksa dengan cermat kejadian ini. Paulus sedang bersaksi. Imam besar Ananias menjadi marah dan memerintahkan agar Paulus ditampar mulutnya-suatu tindakan yang dilakukan dalam pemeriksaan.
Paulus, dengan tidak mengetahui bahwa Ananias seorang imam besar, menyanggah dan menyebutnya sebuah "kubur (tembok) yang dikapur putih-putih" dan dengan menggunakan ayat-ayat dalam Alkitab ia menyatakan agar Ananias berubah sikap. Tamparan terhadap Paulus adalah menentang apa yang Alkitab katakan tentang sikap seorang hakim. Dalam hal ini Paulus benar, karena Alkitab mempunyai otoritas yang lebih besar dari pejabat agama/Gereja, politikus, ataupun militer manapun.
Namun, ketika Paulus diberitahu bahwa ia sedang berbicara dengan seorang imam besar, ia langsung minta maaf.
Mengapa? Karena Alkitab mengatakan padanya untuk tidak "...mengatakan yang jahat tentang seorang pemimpin bangsa.." Seorang rasul harus tunduk pada Alkitab. Sekalipun imam besar memiliki otoritas yang tinggi di persidangan, otoritas Rasul ataupun otoritas imam besar, tidak boleh disamakan dengan otoritas Firman Tuhan.
Dengaan tindakannya ini Paulus menggambarkan dengan jelas bahwa otoritas dari Alkitab lebih tinggi dari pada otoritas rasul atau imam besar. Allah tidak akan pernah memberi manusia manapun otoritas yang lebih besar dari pada otoritas Alkitab ataupun yang sama dengan diriNya sendiri. Allah juga tidak akan memberikan pada siapapun hak untuk menekan hati nurani seseorang atau menyuruh orang lain untuk tunduk dengan mutlak padanya, kecuali orang tersebut tunduk dan mematuhi Otoritas Allah sesuai kehendak-Nya.
Otoritas manapun harus diperiksa dalam terangya hukum-hukum Allah seperti ada tertulis dalam FirmanNya.

3 Masalah 3: Meninggalkan Kebiasaan dan Tradisi Di Atas Otoritas Dari Alkitab
Suatu kesalah yang besar apabila kita melakukan kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi keagamaan yang bertentangan dengan Firman Allah.
Dalam Injil Matius, kita membaca "...Mengapa kamupun melanggar Firman Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?" (Mat 15:3)
Kata-kata ini ditunjukkan Yesus pada kepemimpinan agama di zamanNya, karena mereka telah menempatkan adatistiadat mereka pada tingkatan yang lebih tinggi daripada nas Alkitab, dan akibatnya Yesus menyatakan mereka sebagai orang munafik.
Injil Markus mencatat kata-kata Yesus sebagai berikut, "Percuma...ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah-perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.
"Sunguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata" 'Hormatilah ayah dan ibumu (artinya berilah mereka bantuan dalam hal keuangan) ... tetapi kamu berkata : Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya; Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk memeliharamu, sudah digunakan untuk korban-yaitu persembahan kepada Allah - Maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu..." (Mrk 7:7,8,12,13).
Alkitab memerintahkan: "Hormatilah... ayah dan ibumu" (Kel 20:12). Hukum orang Yahudi secara lisan (tradisi) mengatakan: Apabila engkau memberikan uang milik orang tuamu itu pada Kaabah Allah, engkau dapat dibebaskan dari perintah Firman Tuhan mengenai pemeliharaan orang tua tersebut.
Dengan adat istiadat ini, mereka menipu orang tua mereka dengan uang pemeliharaan bagi mereka. Mereka telah mempersembahkan milik orang tua mereka pada kaabah Allah. "Percuma saja mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Mat 15:1-9).
Kita masih tetap melakukan hal-hal seperti itu sampai hari ini, apabila kita meningikan ajaran-ajaran gereja kita dan tradisi-tradisi gereja kita di atas firman Allah yang benar. Selama adat istiadat itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, kita dapat terus melakukannya. Tapi apabila adat istiadat itu (tidak peduli berapa ratus tahun umurnya) – yang tidak Alkitabiah berlawanan dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab, harus dihentikan dan dijauhkan.
a. Tidak Suatupun Harus Ditambahkan Pada Pekerjaan Kristus Di atas Kayu Salib.
Saya membuat film dari Perayaan Jumat Agung disuatu negara beberapa tahun yang lalu. Para pengikut dera "kristen" memotong-motong punggung mereka dengan pecahan gelas yang tajam hingga darah keluar. Mereka memakai mahkota-mahkita duri di atas kepala mereka dan berbaris bermil-mil jauhnya dibawah terik matahari tropis, dan mencambuki diri mereka sendiri dengan cambuk.
Upacara itu berakhir disebuah lapangan luas yang terbuak, di mana beberapa dari emreka dengan telapak-telapak tangan terpaksa dinaikkan ke atas kayu salib.
Seorang dari emreka tampaknya kerasukan roh jahat ketika diturunkan dan didukung ke rumah yang terdekat. (Mungkin juga dia mengalami shock yang berat - saya tidak dapat mengatakannya). Ia berteriak dan menghempas-hempaskan diri tanpa kendali.
Ini semua dilakukan dengan disertai berkat dari kepemimpinan gereja mereka - benar-benar suatu perombakan dari Firman Tuhan.
Dalam sebuah kitab di Perjanjian Baru, Paulus menuliskan suatu peringatan yang serius:
"Sesungguhnya, aku Paulus, berkata keapdamu : Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak berguna bagimu.. kamu hidup di luar kasih karunia" (Gal 5:2-4).
Kita ternyata hidup di luar kasih karunia apabila kita berusaha untuk mendapatkan keuntungan atau ebrkat melalui pekerjaan kita sendiri yang kita anggap benar. Dengan mengerjakan hal-hals eperti diatas, menunjukkan bahwa tugas Kritus di atas salib masih belum cukup, dan kita harus menambahnya dengan pekerjaan baik kita pada pekerjaanNya agar kita diselamatkan dan diberkati. Ini bukan menghormati salib, tapi malah menghinanya.
Secara lahiriah, hal-hal seperti init ampaknya rohani, dan bersifat keagamaan yang kuat, namun jelas menghambat pekerjaan Roh Kudus dalam menyempurnakan kita.
Saya tidak meragukan kesungguhan hati mereka yang menyimpan jimat-jimat (pusaka), yang menyalakan lilin, berdoa pada orang-orang suci dan melakukan upacara-upacara lain yang tidak memberinya berkat atau otoritas secara Alkitabiah. Tapi mereka sangat khidmat, sama seperti mereka yang mencambuki diri mereka sendiri pada upacara Paskah tadi.
Pada pemimpin-pemimpin seperti itu Rasul Paulus menuliskan peringatan-peringatan yang sangat tajam:
"Betapa aku berharap guru-guru semacam ini, yang ingin agar kamu menyunatkan diri sendiri ... mengebirikan dirinya sendiri saja" (Terjemahan Inggris tlb.). (Terjemahan Alkitab Indonesia: Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya" (Gal 5:12).
Paulus sangat berdukacita karena adat istiadat orang Yahudi yang diberlakukan pada orang-orang kafir yang bertobat di Galatia. Pekabaran Injil pada orang-orang yang percaya di Galatia harus benar-benar diresapi oleh setiap hamba Allah yang sungguh-sungguh dan peringatan-peringatannya haruslah benar-benar diperhatikan.
Saya mengatakan kepada setiap orang, baik laki-laki maupun wanita kepunyaan Allah dimanapun anda berada berhentilah melakukan pekerjaan-pekerjann yang tidak Alkitabiah.
Tunduklah pada otoritas allah dan FirmanNja (Alkitab). Janganlah membiarkan otoritas keagamaan atau apapun yang membuat anda terus melakukan hal-hal atau adat istiadat yang tidak Alkitabiah.
Roh Kudus telah bekerja sama dengan beberapa dari anda dan membuat hati anda berada pada pihak Allah. Tapi sekarang, dengan tekanan dari para pemimpin agama, anda berbalik dari apa yang Roh Kudus katakan pada anda. Janganlah melakukan hal itu, berpeganglah benar-benar pada Allah dan FirmanNja maka anda akan diberkati dan diperkanan oleh Allah.
"Maksud kita ialah, hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" (terjemahan LAI). "Aku menasehatkan kamu hanja untuk taat pada Roh Kudus... ia akan memberitahu anda ke mana anda pergi dan apa yang anda harus lakukan. Dan anda tidak akan selalu melakukan hal-hal yang salah..." (Gal5:6 Terjemahan tlb).

Demikian. Ulasan Kita. Tuhan memberkati Saudara-saudari sekalian!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar